Menu Utama

Minggu, 19 Mei 2013

Aliansi Gerakan Tani Dukung Aksi Long-March Petani




Senin, 21 Januari 2013 | 19:47 WIB 



Puluhan organisasi tani dan gerakan rakyat di Jakarta menyatakan dukungan terhadap aksi jalan kaki 1000 kilometer (long march) yang dilakukan oleh petani Jambi-Mesuji (Lampung) dan Blitar (Jawa Timur). Puluhan organisasi itu bernaung di bawah payung Aliansi Gerakan Kaum Tani untuk Reforma Agraria. Adapun organisasi yang bergabung, antara lain: Serikat Petani Pasundan (SPP), Serikat Tani Nasional (STN), Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Partai Rakyat Demokratik (PRD), Serikat Petani Indonesia (SPI), Aliansi Petani Indonesia (API), SRMI, Solidaritas Perempuan (SP), Sawit Watch (SW), IHCS, IGJ, JKPP, Serikat Petani Karawang, AMAN, Jatam, Walhi, KAU, KPRI, P3I, P3S KEPRI, FPBI, Serikat Tani Merdeka (SeTam) Cilacap, PMK HKBP Jakarta, PRP, RACA, Repdem, Serikat Hijau Indonesia (SHI), SMI, STI, SBTPI, TPRM Jember, dan FrontJak.

“Kami mendukung sepenuhnya atas aksi long march petani Jambi dan Blitar ke Jakarta,” kata Sekjend KPA, Idham Arsyad, selaku jubir Aliansi Gerakan Tani untuk Reforma Agraria saat menggelar siaran pers bersama di tenda pendudukan petani Jambi di depan Kemenhut RI, di Jakarta, Senin (21/1).

Selain itu, Aliansi Gerakan Tani menyerukan kepada seluruh kaum tani di Indonesia untuk melakukan aksi serupa guna menuntut penghentian kriminalisasi petani dalam berbagai kasus konflik agraria dan menuntut dijalankannya agenda reforma agraria sejati.

“Kasus Senyerang Jambi, Mesuji Lampung, Takalar Sulawesi, Tasik Jawa Barat, dan daerah lainnya semakin meningkat ke arah konflik sosial yang lebih luas. Hal ini terjadi karena tidak ada sama sekali tindakan kongkrit dari Pemerintah untuk menyelesaikan kasus yang ada,” kata Idham.

Menurut Idham, dalam 8 tahun terakhir, yakni sejak 2004 hingga 2012, terjadi 618 konflik agraria di seluruh wilayah Indonesia, dengan areal konflik seluas 2.399.314,49 hektar dan menyeret sedikitnya 731.342 kepala keluarga.

Ditambah lagi, ungkap Idham, akibat penggunaan cara represif dalam menangani konflik itu, sebanyak 941 orang petani ditahan, 396 mengalami luka-luka–63 orang diantaranya mengalami luka serius akibat peluru aparat—dan menewaskan 44 orang.

“Maraknya keterlibatan militer dan kepolisian di lapangan konflik agraria menunjukkan bahwa tekanan dan perluasan kapitalisme terhadap penguasaan, pemilikan dan pengelolaan sumber-sumber agraria Indonesia semakin dilanggengkan oleh penguasa di negeri ini,” kata Idham.

Sebagai respon atas berbagai persoalan tersebut, Aliansi Gerakan Kaum Tani untuk Reforma Agraria berencana menggelar kemah di kantor-kantor pemerintah. “Petani akan berada di Jakarta dan terus melakukan protes sampai tujuan utama yaitu pelaksanaan reforma agraria akan dijalankan oleh pemerintah,” tegas Idham.

Ulfa Ilyas
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar