Menu Utama

Rabu, 28 Desember 2011

Mahasiswa Lampung Aksi Solidaritas untuk Bima



Laporan : Saddam Cahyo
Selasa 27/12 sekitar pukul 09.00 WIB Tugu Bundaran Gajah Adipura, 20an aktifis mahasiswa dari LMND dan PMKRI Bandar Lampung melakukan aksi solidaritas terhadap perjuangan rakyat dan mahasiswa di Pelabuhan Sape, Bima NTB yang tergabung dalam Front Rakyat Anti Tambang (FRAT) dengan tuntutan utama mengusir PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) yang merenggut hak atas tanah mereka namun dibalas dengan tindakan represif brutal oleh aparat pengaman POLRI dan merenggut nyawa sekitar 4 korban jiwa pada sabtu 24 Desember lalu.

Dalam aksinya kali ini, mereka mengusung beberapa spanduk yang diantaranya bertuliskan ; “Aksi Solidaritas BIMA, usut Tuntas Kejahatan HAM BIMA, POLRI Harus Hentikan tindakan Represif, Turunkan Kapolri dan Kapolda NTB, Hukum Berat Oknum Pembunuh, Negara harus bertanggung jawab, Tegakkan Pasal 33 UUD’45 dan UUPA 1960, Bentuk Panitia Nasional Penuntasan Konflik Agraria sekarang juga !”

Nyoman Adi Irawan, selaku koorlap aksi mengatakan, ‘’Kekejian aparat POLRI terhadap gerakan rakyat ini sudah bukan lagi sekedar kesalahan oknum, melainkan kegagalan institusi mulai dari aparat pengamanan yang kini berubah menjadi penjaga setia kepentingan modal hingga pemerintah yang sama sekali tak memperdulikan nasib rakyatnya sendiri yang setiap harinya terancam mati karena ladang kehidupannya dirampas korporasi-korporasi asing.’’ Terangnya.

Setelah sekitar 40 menit berorasi dan menyebarkan selebaran di Lampu Merah Tugu Bundaran, massa aksi bergerak dengan berkonvoi kendaraan roda dua menuju Markas POLDA Lampung yang berjarak sekitar 2Km. Sesampainya di pertigaan turunan Mapolda Lampung, rombongan massa aksi tersebut bergabung dalam barisan sekitar 40an massa aksi dari IMM dan HMI yang sedang longmarch menuju sasaran aksi yang sama lengkap dengan beberapa atribut berupa bendera maupun replika keranda sebagai simbol kematian hati nurani penguasa.

Saat tiba di depan gerbang Markas POLDA Lampung yang sudah dijaga ketat oleh pagar betis aparat kepolisian itu, mereka mengatur barisan menjadi beberapa lapis kemudian secara bergantian melakukan orasi politiknya dan menyanyikan yel-yel solidaritas.

Fitra, Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cab. B. Lampung dalam orasinya mengatakan, “Negara harus bertanggung jawab atas semua pelanggaran HAM yang terjadi, baik di Mesuji maupun di Bima ini, Kapolri Timur Pradopo sudah terbukti gagal dan sudah semestinya mundur dari jabatan sebagai wujud pertanggung jawabannya atas penyimpangan institusi yang digaji oleh uang rakyat itu, termasuk pula Kapolda Lampung dan NTB. ” tegasnya.

Hal senada disampaikan Antoniyus, Ketua Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Lampung mengatakan, “Rezim SBY hingga Pemerintahannya di daerah memang telah gagal melindungi hak-hak rakyat, perampasan tanah dan sumber daya alam oleh penjajah asing kian merajalela dan menghimpit kehidupan rakyatnya, kematian Sondang beberapa waktu lalu sebagai representasi ketidakpuasan rakyat terhadap rezim dzolim ini pun seharusnya mampu kita jadikan pemantik semangat perlawanan terhadap rezim penindas rakyat.” Tegasnya.

Sedangkan Isnan Subkhi, Ketua Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND) Lampung menegaskan, “Media Massa sebagai jembatan demokrasi haruslah mengambil peran berimbang yang sama sentralnya dengan gerakan rakyat dan mahasiswa yang mulai melakukan gerakan perlawanan massif, terutama agar rakyat tidak terombang-ambing oleh pengalihan issue di lingkaran HAMnya saja, melainkan harus secara menyeluruh menuntaskan akar persoalan dari semuanya ini, yakni konflik agraria berkepanjangan dan tak berujung karena keberpihakan pemerintah yang sangat minim terhadap kepentingan hidup mayoritas rakyat, saat ini juga kita sudah tidak lagi dapat mempercayai dan menaruh harapan penyelesaian ditangan birokrasi seperti BPN ataupun Kemenhut, perlua adanya komitmen radikal dari pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan menerapkan secara konsekuen amanat UUPA 1960 dan pasal 33 UUD-45 juga membentuk sebuah lembaga adhoc berupa panitia nasional penuntasan konflik agraria demi terwujudnya masyarakat indonesia yang adil dan makmur.” Bebernya.

Setelah selesai berorasi sekitar pukul 12.00 WIB, massa aksi menyerahkan sebuah karangan bungan sebagai wujud belasungkawa kepada instansi POLRI yang telah gugur hati nurani kemanusiaannya dan setelah itu suasana berubah menjadi kurang kondusif, sebab beberapa polisi tak berseragam menyergap paksa salah seorang demonstran yang menyulut api di replika keranda mayat, seketika api pun membesar bahkan sempat tercecer dan mengenai salah seorang anggota kepolisian, beruntung orang itu tak mengalami luka bakar, setelah itu massa aksi dipaksa membubarkan diri dan dituduh telah berbuat anarkis.

Kamis, 01 Desember 2011

Kreasi Gambar : "SDA Kita digenggam Kapten Amerika"



Karya : Fathur Rahman (Mahasiswa FKIP PKn Unila)
Agustus 2011
Dimuat dalam Newsletter "SUARA PELOPOR" edisi September

Sajak ; 'Perempuan Hitam dan Merah'


Aku,
Akan menunggu orang yang mau mengatakan didepanku aku cantik tanpa polesan,serta tanpa memamerkan tubuh sexyku.

Aku,
Akan menerima kembali panggilan telpon yang berdering berkali kali dari laki laki yang benar benar menyayangiku,yang ketika kututup ponselku terus menerus menghubungiku.

Aku,
Akan menanti laki laki yang sanggup dan bersedia tidur dibawah bintang dan mendengar detak jantungku,menerima segala kelebihan dan kekuranganku.

Aku,
Akan menunggu laki laki yang akan menggandeng tanganku dan memamerkan keseluruh teman temannya,bahwa akulah pilihan hidupnya untuk mendampingi hidup selamanya.

Dan aku,
Akan bahagia bila laki laki itu datang mencium keningku serta tidak malu dengan bau keringatku,karena aku hanya seorang perempuan buruh kasar.

Aku,
Akan ikut laki laki yang mampu memegang kendali perahu layar yang kutumpangi ketengah lautan,siap dihempas badai dan gelombang dan mungkin juga terbentur karang hingga tenggelam.

Aku dan ikrarku.
__________________________
1Desember2011,
Unjarganeng kembanggenjer