Menu Utama

Kamis, 24 Maret 2011

Aksi Koin Untuk DPRD Bandar Lampung Berlanjut


Oleh : Saddam Cahyo

Bandar Lampung, 24/3. Setelah beberapa hari sebelumnya melakukan aksi penggalangan koin untuk anggota DPRD Kota yang tertangkap basah melakukan pungutan liar dengan mengedarkan surat permohonan partisipasi kepada hampir 40 perusahaan yang beroperasi di Kota Bandar Lampung kepada masyarakat yang ramai melintasi Bundaran Tugu Adipura, Persatuan Rakyat Bandar Lampung (PERBAL) yang merupakan aliansi dari puluhan aktivis SRMI, LMND, PRD, dan SBAR melanjutkan aksi penggalangan koinnya di persimpangan lampu merah Tugu Universitas Lampung kemarin (23/3).

“Ini sebagai bentuk keseriusan kami menguak kebobrokan Anggota DPR yang kerap menyengsarakan rakyatnya dengan melanggengkan praktik dana siluman, dan kehadiran kami di depan kampus negeri terbesar di provinsi Lampung ini pun dimaksudkan untuk menggalang dukungan dan partisipasi serta menginformasikan kepada mahasiswa sebagai agen perubahan sosial bahwa permasalahan rakyat yang semakin mengancam kehidupan tidak cukup diatasi dengan diskusi-diskusi melainkan harus didorong oleh perjuangan intelektual muda progresif di tengah-tengah rakyat miskin” ujar Fredy Muchtar selaku ketua SRMI Lampung yang juga menjadi bagian dari aliansi saat ditanyakan tujuan penggalangan koin di kampus Unila kemarin.

Tak berhenti sampai disitu, upaya PERBAL ini berlanjut dengan di undangnya koordinator aksi mereka dalam tayangan “Bincang Sore Radar TV” sebagai pembicara tunggalnya sore hari ini (24/3).
“Kami sebagai media massa yang selalu berusaha menyajikan kabar terbaik untuk masyarakat sangat mengapresiasi perjuangan rekan-rekan aktivis yang masih semangat memberikan penyadaran kepada masyarakat luas akan penyimpangan perilaku wakil-wakil mereka di parlemen.” Ujar Tessy selaku pembawa acara saat membuka tayangan yang disiarkan secara langsung itu.

Dalam kesempatan ini, Ketua LMND Lampung, Isnan Subkhi mewakili Aliansi PERBAL menyampaikan bahwa aksi ini merupakan upaya serius yang mereka lakukan untuk memutus mata rantai budaya korupsi yang sudah menjadi momok menyeramkan bagi Bangsa Indonesia yang selama ini dilanggengkan praktiknya oleh para penguasanya sendiri, “Untuk itu meski sampai saat ini koin yang terkumpul belum begitu berarti banyak jika dibandingkan dengan gaji anggota dewan itu sendiri, rencananya minggu depan kami akan menyerahkannya langsung kepada pimpinan dewan Kota Bandar Lampung.” Ujarnya.

Tayangan ini pun tak lantas menjadi diskusi satu arah karena juga diwarnai oleh beberapa telepon tanggapan dari masyarakat maupun konfirmasi dari berbagai pihak terkait, seperti dari Bapak Yusuf Efendi selaku Ketua Badan Kehormatan DPRD Kota Bandar Lampung yang dihubungi via telepon mengungkapkan, “Sebagai wakil rakyat di Parlemen, saya sangat menghargai perjuangan rekan-rekan semua dan untuk agenda-agenda DPR seperti Kunker, Bimtek maupun Study Banding memang sudah ditetapkan untuk dilaksanakan agar memacu kinerja naggot dewan sendiri dalam tugasnya membangun daerah namun memang tidak dibenarkan adanya praktik pungutan liar apalagi yang dapat merugikan rakyat karena agenda seperti ini sudah dianggarkan dalam APBD setempat.” Terangnya.

Ditambahkan, “Sejauh ini BK masih dalam tahap pengkajian kasus ini dan kita belum dapat mengkategorikan kasus ini sebagai tindakan pidana ataupun pelanggaran kode etik lainnya, karena surat edaran resmi yang dikeluarkan harusnya ditandatangani oleh ketua Dewan, bukan oleh Komisi B, mungkin saja ini ulah oknum atau malah seluruh anggota di Komisi B juga terlibat, namun sesegera mungkin jika sudah terungkap kebenarannya kami akan menindak dan memberikan sanksi tegas tanpa pandang bulu” tegas Yusuf yang juga seorang kader PKS ini.

Menanggapi pernyataan ini, Bapak Ahmad, salah seorang masyarakat yang menelepon menegaskan “Meski tidak kuliah, saya cukup mengikuti perkembangan kasus ini melalui media massa, dan saya sangat menyayangkan pernyataan Pak Yusuf sebagai ketua BK yang hanya mampu berujar tapi sampai lewat satu minggu dari kasus ini menguak sama sekali belum melakukan tindakan tegas yang nyata dan diketahui publik.”

Hal senada juga disampaikan oleh Isnan “Kufikir waktu satu minggu ini sudah cukup lama untuk sekedar mengkaji dan mengungkap kasus yang jelas-jelas sudah terbongkar oleh masyarakat, sudah semestinya BK tak sekedar mengeluarkan pernyataan konfirmasi melainkan mengutarakannya dalam bentuk sanksi tegas dan transparan karena hal ini bias menjadi preseden buruk yang semakin mencoreng nama lembaga yang sedang mengalami krisis kepercayaan dari rakyat yang diwakilinya ini” pungkasnya.

Respon lainnya dari masyarakat diantaranya disampaikan oleh Bapak Indra dan Ginting yang mengungkapkan “Meski aksi penggalangan koin di pinggir jalan ini kurang elegan dan tergolong melecehkan, mereka berharap upaya ini dapat dimaknai sebagai tamparan keras dari masyarakat yang sudah terlalu kecewa dan tidak buta akan kebohongan dan pengkhianatan yang sudah dilakukan oleh Anggota Dewan yang sudah dipilih dengan hati nurani, semoga mereka lekas sadar” harapnya.

“Terkait elegan atau tidaknya kemasan aksi kami ini, kami fikir jika peringatan dari rakyat disampaikan kepada Dewan dengan cara-cara yang normal tentu kasus ini hanya akan menguap, lain halnya jika seperti ini, kami bias melakukan pendidikan politik yang sehat dan benar dengan mengabarkan secara massif akan kebobrokan sistem demokrasi liberal ini dan mengajak serta partisipasi masyarakat untuk tidak berhenti berfikir kritis dan berjuang terhadap segala penindasan disekitarnya” tegas Isnan.

Mengakhiri perbincangan, Isnan juga menyerukan “Kepada seluruh elit birokrasi baik eksekutif maupun legislative untuk berhenti menipu dan mempermainkan amanah yang sudah di titipkan oleh rakyatnya dan kepada para pengusaha untuk ikut serta dalam perjuangan memutus rantai uang siluman yang menjadi salah satu akar penindasan dan kesengsaraan rakyat Indonesia, jauh lebih baik untuk mulai mengalihkan dana pungli ini untuk kesejahteraan pekerja" ujarnya

Selasa, 22 Maret 2011

Koin Untuk DPRD Yang Suka Mengemis


Oleh : Saddam Cahyo

Bandar Lampung, 22/3. Puluhan warga yang tergabung dalam Persatuan Rakyat Bandar Lampung ( PERBAL ) turun ke jalan melakukan aksi simpatik penggalangan koin sebagai bentuk keprihatinan mereka kepada komisi B DPRD Kota Bandar Lampung yang tertangkap basah melakukan praktek uang siluman dengan mengirimkan surat edaran resmi kepada hampir 40 perusahaan seperti informasi yang dilansir media massa setempat. Aksi penggalangan koin ini dilakukan di persimpangan lampu merah Tugu Adipura dan berlangsung selama dua jam sejak pukul 10.00 WIB.

Menurut Isnan Subkhi selaku koordinator aksi “Melalui aksi ini kami hendak mengabarkan kepada seluruh warga Kota Bandar Lampung bahwa wakil-wakil yang dipilihnya sepenuh hati dengan harapan tulus akan keterwakilan suaranya di parlemen yang berkursi empuk itu sudah berkhianat dan berbalik memusuhi rakyat, dengan berbagai dalih seperti Bimtek, kunker dan study banding, anggota Dewan khususnya Kota Bandar Lampung kerap meninggalkan tugasnya dan mengabaikan aspirasi rakyatnya, dan yang paling menyedihkan yang perlu kami kabarkan saat ini adalah terbongkarnya peranan DPRD dalam menyokong munculnya berbagai persoalan di masyarakat, yakni melanggengkan praktik uang siluman dengan menarik berbagai upeti illegal.”

Ditambahkan olehnya, “Penggalangan koin untuk DPRD ini akan kami lakukan sampai 3 hari ke depan di beberapa tempat termasuk kampus-kampus dan koin yang terkumpul nantinya akan kami antarkan secara suka rela kepada pimpinan DPRD Bandar Lampung sebagai bentuk keprihatinan yang mendalam dari masyarakat terhadap perilaku menyimpang DPRD yang sudah lupa akan amanah pengabdiannya terhadap rakyat bukan justru berbalik menindas rakyatnya, untuk itu kami menghimbau kepada seluruh warga kota untuk turut berpartisipasi aktif mendukung gerakan ini.”

Aksi ini juga diwarnai oleh orasi-orasi politik solidaritas dari beberapa organisasi seperti LMND, SBAR, SRMI, dan PRD. Dalam orasinya, Roby Weldan selaku ketua Partai Rakyat Demokratik Bandar Lampung mengatakan “Bagi kami, kebijakan upah murah dan kehancuran industrusi nasional yang selalu menjadi momok bagi rakyat tidak hanya disebabkan melambungnya harga sembako dan BBM yang membengkakkan biaya produksi, melainkan juga praktik upah siluman di tingkatan Eksekutif maupun Legislatif yang sangat memberatkan pengusaha dan rakyat kecil, praktik upeti seperti ini pun membuka ruang pelacuran kebijakan, dimana praktik uang siluman ini dapat dijadikan posisi tawar pengusaha untuk mengintervensi penetapan Upah Minimum, tak heran jika jeritan buruh setiap tahunnya slalu dijawab dengan upah serendah-rendahnya.” Tegasnya.

Minggu, 20 Maret 2011

membincangkan Demonstrasi dengan Dua Bocah

oleh : Saddam Cahyo

Cukup rumit sebenarnya mengartikan gemuruh yang bersesakan di dada dengan sekelumit fikiran yang terbesit di kepala siang itu, saat aku dan kawan-kawan baru saja melakukan beberapa kesalahan analisa taktik dan keterlambatan mengambil keputusan sehingga melewatkan begitu saja momentum dan kesempatan besar untuk mengabarkan kepada Wakil Presiden Boediono bahwa rakyat lampung tidak tidur dan merasakan kegagalan pemerintahan Rezim Mandor Modal Asing yang sedang ia jalankan bersama seorang Gubernur jendral Imperium untuk Indonesia berjuluk SBY.

Namun cukup terhibur saat laju suzuki roda dua itu kami hentikan di depan sekretariat. seorang bocah lelaki berkepala gundul langsung berlari ke arah kami sambil melambaikan tinggi-tinggi tangannya dan berkata ;

"Halo ! dari mana om ? dari aksi demo ya? di teluk ya om? rame ya? kok udah pulang ?" tuturnya beruntut hingga aku tersenyum dengan perasaan yang bercampur aduk.

"Iya ren, kok gak sekolah ?" jawaban pertamaku mencoba menghargainya sebagai kawan yang berhak direspon saat mengajak berkomunikasi meski ia baru duduk di kelas 1 sekolah dasar.

"Enggaklah om kan udah pulang jam segini mah, wah ini apa om? Untuk demo ya?" tanyanya lagi sambil menunjuk pada kumpulan poster dan bendera yang ku sandarkan pada dinding halaman secretariat.

“Iya Ren, yaudah mainnya disana aja ya.” Bujukku berharap ia segera bermain dengan kawan-kawan sebayanya yang menunggu di luar.

Tentu saja bukan bermaksud mengusirnya dari kami berdua, saat itu aku berdua dengan seorang kawan, melainkan kami berdua masih hendak membereskan atribut aksi yang kami bawa dan sejenak beristirahat sambil merebahkan tubuh di kursi tamu. Sesaat ketika aku dan seorang kawan tadi terlibat obrolan kecil membahas aksi demonstrasi yang baru saja dilakukan, Rendi, si bocah kecil tadi menghampiri kami sambil memegang jajanan coklat digenggaman tangannya.

“Ayah mana om ? tadi demo ngapain om? Kok demo terus sih ?” katanya kepada kami berdua.

“Ayahmu ada disana tadi, mungkin mau mampir dulu ke rumah sakit, demo itu ibadah Ren.” Jawabku tanpa bermaksud asal menjawab.

“Ibadah kan solat om, kok demo juga ibadah sih ?” sanggahnya.

“Iya, karena demo itu berpahala, demo juga bisa mengantar kita ke pintu surga Ren.” Jawabku memperkuat argument pertamaku.

Sambil bergeliat-geliat di kursi layaknya seorang bocah berusia 7 tahun Rendi berkata “kok demo berpahala sih om? Emang demo itu apa ?” Tanya nya lagi.

Kawanku tadi hanya tersenyum memperhatikan obrolan kami, aku pun menjawab. “Demo itu bias berpahala Ren, karena demo itu bias membantu orang banyak yang lagi kena musibah” jawabku meyakinkan.

“Ooh, jadi demo itu bisa bantu orang juga ya om?” tanyanya meragu.

“Iya Ren, kita bisa berbuat baik dan membantu banyak orang dengan cara berdemo makanya demo juga bisa disebut ibadah dan berpahala.” Jelasku.

“Jadi demo itu bisa berpahala ya om?” tanggapnya memastikan.

“Iya bisa berpahala, asalkan kamu sadar betul kenapa kamu harus berdemo dan tau apa manfaatnya untuk banyak orang, nanti kalau sudah besar ikut demo ya.” ajakku.

“Ah nanti Rendi mau jadi Presidennya aja om, tapi kata orang demo itu salah.” Jawabnya.

“Hehe, ya bagus kalo bisa jadi Presiden nanti, iya demo bisa jadi perbuatan yang salah kalau tujuannya gak jelas dan gak ada manfaatnya untuk orang banyak, kan tadi om bilang kita harus faham dan sadar betul kenapa harus demo.” Jawab ku lagi.

“Oh iyaya om.” Jawabnya langsung berlari kebelakang.

Tiba-tiba berlari ke arah kami seorang bocah lainnya bernama Rido yang merupakan adik kandung dari Rendi, mereka berdua adalah anak seorang kawanku yang lain yang mengabdikan dirinya dalam perjuangan rakyat miskin kota untuk terbebas dari ketertindasan sistem yang dipertahankan bahkan dikembangkan oleh penguasa kami untuk menjerat, menjepit, melumpuhkan, menghisap dan membiarkan mati lemas rakyatnya yang tak berdaya.

“Ooom, kalo demo bisa dapet piala ya?” Tanya nya padaku.

“Bukan piala Do, tapi pahala, tau pahala kan ? ” jawabku pada bocah itu yang kini sama dengan kakaknya berstatus siswa kelas 1 SD, Rendi sebagai kakaknya pernah mengalami sakit yang cukup menghambatnya untuk berkativitas layaknya bocah sehat lainnya hingga harus beristirahat satu tahun meninggalkan sekolahnya.

“Iya om tau, kan dulu aku ngaji.” Jawabnya sambil kembali berlari kebelakang.

“Om pinjam dulu ya !” teriak Rendi dari luar ruangan, aku lihat ia mengambil bendera dan satu buah poster aksi yang diberikan kepada adik dan beberapa kawannya, mereka berbaris sambil berteriak-teriak “Ayo kita demo! Demo itu ibadah ! Ayo !”.

Aku dan kawanku tadi cukup tergelitik menonton ulah mereka tanpa melarang, karena anak-anak memiliki hak untuk bebas mengasah imajinasinya dengan berbagai permainan sederhana yang melibatkan interaksi dengan banyak kawan sebayanya, seperti yang dilakukan oleh bocah-bocah itu dan alasanku membicarakan demonstrasi dengan mereka adalah karena demonstrasi adalah salah satu sarana bagi setiap manusia untuk meluapkan gagasannya kepada khalayak ramai dengan berbagai menfaat dan pertimbangan yang sebelumnya harus kita fahami dengan baik dan anak-anak tidak boleh dibatasi pengetahuannya atau dikekang hak berimajinasinya dengan menabukan obrolan tentang demonstrasi apalagi langsung mematahkan obrolan dengan “Demo itu salah 1 kamu jangan ikut-ikutan demo !” atau ungkapan judgement lainnya.

Biarkan anak-anak menerima semua informasi dan pengetahuan dengan lengkap, biarkan anak-anak mengasah kemampuannya menalar dan menyerap segala informasi dan pengetahuan yang diterimanya, tugas kita sebagai manusia yang lebih dahulu tumbuh dan belajar di bumi manusia lengkap dengan segala persoalannya ini adalah membimbing dan menjelaskan pada mereka.

Salam Pembebasan !

Sabtu, 19 Maret 2011

Rakyat Lampung Geram Sambut Kedatangan Boediono

Oleh : Saddam Cahyo

Bandar Lampung, 19/3. Provinsi Lampung kemarin kedatangan tamu istimewa yang cukup membuat masyarakat bertanya-tanya karena hampir seluruh ruas jalan raya dijaga ketat oleh personil gabungan Polda Lampung dan Korem 043 Gatam yang mengerahkan 1900 personil pengamanan, yakni Wakil Presiden Boediono yang hadir dalam rangka membuka seminar peringatan ulang tahun IKA Lemhanas ke-33 di Balai Keratun. Dalam kunjungannya ini Boediono menjadi pembicara kunci dalam seminar bertajuk “Apa Golongan Darah Bangsa Anda itu”.

Kedatangan Wapres Boediono di tanah Lampung yang merupakan kali pertamanya segera di sambut oleh dua aksi massa di tempat terpisah yang sama-sama berusaha menghalau perjalanannya. Aliansi BEM Lampung (ABL) dengan sekitar 30an massanya berusaha menghalau kedatangan Wapres di tugu Unila yang sejak dini hari sudah dijaga rapat oleh satu kompi personil pengamanan dari TNI dan puluhan personel Samapta Polda Lampung sedangkan Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) yang merupakan aliansi dari LMND, PMKRI, GMKI, FMN dan SRMI dengan kumlah massa aksi sekitar 30an orang bersiaga menghalau perjalanan Boediono di Tugu Bundaran GajahAdipura yang juga telah dijaga ketat oleh personil pengamanan gabungan.

Aksi berlangsung sekitar pukul 08.00 WIB sesaat sebelum akses ruas jalan raya utama yang dipakai sebagai jalur perjalanan Wapres ditutup dan dialihkan sehingga menyebabkan kemacetan yang cukup rapat selama sekitar satu jam. Kedua aksi yang dilakukan oleh puluhan aktivis mahasiswa dan ormas ini sama-sama mengusung tuntutan tegas bahwa Rezim SBY-Boediono telah gagal mensejahterakan rakyat dengan hancurnya sendi-sendi kedaulatan bangsa di berbagai aspek kehidapan rakyat seperti ekonomi, politik, sosial-budaya, hukum dan sebagainya yang semakin dibiarkan, dan segera mendapat penghalauan ekstra ketat dari beberapa lapis personil pengamanan gabungan namun massa aksi terus mendesak maju keruas jalan berusaha mencegat laju rombongan kendaraan yang ditumpangi Wapres Boediono.

Meski pertahanan pasukan keamanan sangat ketat dan tak mampu dipecahkan oleh kekuatan massa aksi, tak menyurutkan semangat massa aksi dari berbagai elemen masyarakat tersebut hingga pukul 10.00 WIB. Dalam orasinya Feri Firdaus selaku Koordinator ABL mengatakan bahwa “ BEM akan terus menjadi oposisi permanen terhadap Rezim yang telah gagal mensejahterakan rakyatnya seperti rezim SBY-Bodiono saat ini, dan sebagai agen intelektual kami akan terus mengontrol segala kebijakan yang dibuat oleh rezim terutama untuk memastikan terutamakannya pelayanan publik sebagai prioritas.

Di tempat terpisah , Mujahidin selaku korlap aksi GERAM mengatakan “Aksi yang kami lakukan hari ini bukanlah perbuatan sia-sia tanpa arah melainkan bukti kepada Wapres Boediono bahwa rakyat Lampung tidak tidur, tuli dan buta akan kegagalan Rezim SBY-Boediono yang terus melanggengkan penjajahan Imperialisme Neoliberal dan membiarkan hansurnya sendi-sendi kehidupan Bangsa dan Negara ini.”

Mencari Bentuk “Demokrasi” yang Tepat

Sedangkan dalam seminarnya di depan 300 peserta seminar yang merupakan alumni Lemhanas, Wapres Boediono mengklaim bahwa Indonesia berhasil lolos dari masa-masa kritis yang terus menggempur kita sebagai dampak dari dinamika ekonomi dan politik global dengan tetap bertahannya stabilitas dalam negeri, Ia menambahkan bahwa “Uji coba sistem demokrasi dan politik di Indonesia yang tengah berlangsung saat ini harus berhasil dan tidak boleh gagal, jangan diganggu prosesnya, kita pernah gagal mencoba sistem demokrasi pada tahun 1950-an lalu dan Jika kali ini gagal, kita akan terus diayun-ayun dan terombang-ambingkan oleh proses perubahan sistem politik dari satu rezim ke rezim lainnya.”

Isnan Subkhi selaku Ketua Ekswil LMND Lampung menegaskan bahwa “Perkataan Boediono hanyalah bualan besar yang sudah tak ampuh lagi karena rakyat Indonesia sudah jera dibodohi oleh penguasanya, Rezim SBY-Boediono jelas-jelas sudah gagal dan menenggelamkan kita kedalam jurang penjajahan Imperialisme Neoliberal dan semakin mengubur langlah kita menuju cita-cita bangsa dan Negara sejatinya, kegagalan Rezim Pengkhianat rakyat ini sudah sangat akut dan tak dapat diberi toleransi lagi karena rakyat Indonesia benar-benar dibuat menderita tanpa keberdayaan apapun untuk mempertahankan hidupnya kecuali menjadi kuli atau penonton yang segera mati lemas di negerinya sendiri.”

Ditambahkan, “Proses demokrasi yang sedang berjalan saat ini hanyalah demokrasi liberal yang membodohi dan menindas rakyat Indonesia yang mayoritas tidak mampu hidup sejahtera karena system ini dibuat agar hanya mampu diakses oleh segelintir elit pemilik modal yang mengklaim dirinya mewakili jeritan hati rakyat untuk berkuasa, dan jika ada pemerintah yang menyarankan kepada rakyatnya untuk diam dan membiarkan proses penindasan seperti ini berlangsung maka ini berarti bahwa penguasa itu secara terang-terangan mengakui kedzalimannya dan tinggal menunggu waktu meledaknya amarah jeritan hati rakyat sejatinya.”