Menu Utama

Selasa, 19 Juli 2011

Kunjungan Wapres Budiono di Lampung Disambut Aksi Massa


oleh : Saddam Cahyo

Kunjungan kedua Wakil Presiden Budiono ke tanah sang bumi ruwa jurai, Lampung, disambut dengan aksi massa puluhan mahasiswa. Kunjugan Wapres ini dalam rangka pembukaan acara Kongres XVI Muslimat NU yang berlangsung di aula gedung Islamic Center Lampung, Kamis (14/7).
Aksi massa ini dilakukan oleh sejumlah organisasi mahasiswa, diantaranya: KAMMI, FMN, PMKRI, GMKI, dan LMND. Sejak memulai aksinya, para mahasiswa sudah mendapat intimidasi dan tekanan dari TNI-POLRI.
Massa LMND, misalnya, sempat ditahan di taman beringin Kampus Universitas Lampung (Unila). Polisi juga merampas sejumlah bendera, poster, dan pengeras suara milik massa aksi. Akan tetapi, intimidasi dan teror kepolisian itu tidak menyurutkan semangat massa aksi.
Kira-kira pukul 09.00 WIB, Wapres Budiono pun muncul di Kampus Unila. Puluhan mahasiswa segera membentangkan spanduk bertuliskan ‘SBY-Budiono Gagal Sejahterakan Rakyat’. Mahasiswa berupaya menutup jalan yang akan dilalui Budiono, tetapi pasukan PHH segera membentengi jalan dan mendorong paksa mahasiswa ke belakang.
Mahasiswa menganggap SBY-Budiono tidak bisa mensejahterakan rakyat Indonesia. “Pemerintahan SBY Boediono jelas-jelas sudah gagal mensejahterakan rakyat, rakyat harus membuka mata dan harus tegas bersikap kepada Rezim Pengkhianat Bangsa ini dengan menyentakkan cabut mandat amanah rakyat sekarang juga” ujar Eko Primandan, Presiden BEM Unila.
Sementara itu, Ketua LMND Bandar Lampung, Nyoman Adi Irawan, menegaskan bahwa pemerintahan SBY-Budiono adalah antek negeri-negeri imperialis. Pemerintahan ini telah menyerahkan sebagian besar bumi, air, udara dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya kepada pihak asing.
“Ini merupakan penghianatan terhadap semangat pasal 33 UUD 1945,” tegas Nyoman saat menyampaikan orasinya.
Orasi lainnya disampaikan oleh Dewa Putu Adi Wibawa, Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) Lampung. Ia mengeritik perlakuan aparat keamanan terhadap aksi damai mahasiswa. Menurutnya, pengamanan kedatangan Budiono terlalu berlebihan dan justru menghalang-halangi hak warga negara untuk menyampaikan kritik dan pendapatnya.
Dewa juga menandaskan bahwa persoalan pokok bangsa sekarang ini adalah penjajahan asing. “Kita sudah menyadari, hampir seluruh kekayaan alam bangsa kita telah dirampok oleh pihak asing. Ini terjadi lantaran pemerintah kita sangat sudi menjadi budak dari negeri-negeri imperialis.”
Aksi massa ini akhirnya membubarkan diri setelah Wapres Budiono meninggalkan Lampung.

PRD Lampung Bagikan Selebaran ‘Gerakan Pasal 33’



Oleh : Saddam Cahyo

Puluhan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) membagikan selebaran tentang ‘gerakan pasal 33’ kepada rakyat banyak. Pembagian selebaran dilakukan di sejumlah pasar tradisional, kemarin (18/7).
Menurut koordinator pembagian selebaran, Togar Harahap, pembagian selebaran di pasar tradisional ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan gerakan ini secara massal kepada rakyat.
“Sasaran propaganda kami adalah rakyat banyak. Merekalah yang paling berkepentingan terhadap gerakan pasal 33 ini,” katanya.
Togar menambahkan, kenapa mereka memilih pasar, karena tempat itu merupakan tempat berkumpulnya rakyat banyak dan sekaligus simbol dari ekonomi rakyat.
“Pasar tradisional adalah tulang punggung ekonomi rakyat. Dengan begini, kami mau tunjukkan bahwa gerakan pasal 33 adalah untuk mengembalikan demokrasi ekonomi ke tangan rakyat,’ ujarnya.
Aksi pembagian selebaran ini dilakukan secara beriringan dari pasar tengah hingga pasar bambu kuning bandar Lampung. Pembagian selebaran ini mendapat respon luas dari masyarakat.
Supardi, salah seorang pengunjung pasar, mengaku sangat senang dengan informasi yang disampaikan oleh selebaran itu. “Kami baru tahu, kalau ternyata ekonomi kita sudah dikusai asing,” ujarnya.
Menurut rencana, PRD Lampung akan menggelar aksi peluncuran gerakan pasal 33 pada tanggal 22 Juli mendatang. Aksi ini akan mendapat dukungan dari berbagai organisasi mahasiswa, serikat rakyat miskin, buruh, dan serikat petani.