Menu Utama

Minggu, 06 Januari 2013

Mobil Logistik Petani Jambi Di Bom Molotov Orang Misterius


Mobil pengangkut logistik petani Jambi, yang turut menyertai aksi jalan kaki petani dari Jambi menuju Jakarta, tiba-tiba terbakar hebat. Kejadian itu berlangsung sekitar pukul 03.00 WIB (5/1).

Menurut Wondo, salah seorang petani Jambi, pada saat kejadian berlangsung, hampir semua petani sedang terlelap tidur. “Ya, kami sangat kecapekan setelah berhari-hari berjalan kaki. Tiba-tiba ada teman berteriak ada kebakaran,” katanya.

Semua petani pun sontak terbangun. Bahkan, seperti penuturan Wondo, sebagian petani sempat panik begitu melihat api berkobar-kobar di bagian punggung mobil.

“Kami berusaha memadamkan. Tetapi ternyata ruangan tempat kami menginap, yakni lapangan tenis indoor Menggala, terkuci. Jadinya kami hanya bisa melongo melihat mobil logistik kami terbakar,” kata Wondo.

Menurut Latief, seorang petani yang melihat kejadian, begitu api berkobar di punggung mobil, ada orang yang berlari keluar dan kemudian menaiki sepeda motor.“Dia larinya cepat sekali. Langsung naik di atas motornya dan melaju pergi. Kelihatannya dia menggunakan motor besar jenis Tiger atau Megapro,” ungkap Latief.

Pemadam kebakaran baru datang setengah jam kemudian. Mereka kemudian berjibaku memadamkan api. Petani sendiri tidak bisa mendekati mobil karena takut terjadi ledakan. Setelah api berhasil dipadamkan, sejumlah petani melihat adanya botol yang punya sumbu. “Sangat besar kemungkinan mobil kami sengaja dilempar bom molotov. Ada botol bekas molotov yang ditemukan,” kata Koordinator aksi petani Jambi, Andi Syaputra.
Andi Syaputra menuturkan, polisi yang datang pasca kejadian juga melihat adanya botol yang punya sumbu itu. Barang bukti berupa botol yang diduga bom molotov itu sudah dibawa oleh petugas dari Polres Tulang Bawang.

Andi menduga pelakunya adalah pihak-pihak yang sengaja menghalangi aksi jalan kaki petani Jambi menuju Jakarta. “Kelihatannya pihak-pihak yang tidak menghendaki aksi kami mencapai Jakarta sudah beraksi. Pasti ada aktor di belakang semua ini,” pungkasnya.

Untuk diketahui, tadi malam petani Jambi menginap di lapangan tenis indoor Menggala, Tulang Bawang. Sedangkan mobil pengangkut logistik diparkir di luar gedung tenis Indoor. Anehnya, pintu lapangan tenis indoor Menggala dikunci tadi malam. Akibatnya, petani tidak bisa keluar-masuk untuk melihat atau mengawasi mobil pengangkut logistik mereka.

Semua logistik petani, yang merupakan sumbangan rakyat di sepanjang perjalanan, ludes terbakar. Sejumlah perlengkapan dan tas petani peserta aksi jalan kaki juga ikut terbakar. Merespon kejadian ini, Partai Rakyat Demokratik (PRD) Lampung akan menggelar konferensi pers siang ini. Deputi politik KPW PRD Lampung, Rakhmad Husein, menduga ada kekuatan besar yang mengendalikan aksi pembakaran mobil petani ini.

“Mereka mulai ketakutan dengan membesarnya dukungan rakyat dan masyarakat adat untuk petani Jambi. Makanya mereka menggunakan cara-cara tak beradab,” ujar Rakhmad Husein.

Ulfa Ilyas


Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20130105/mobil-logistik-petani-jambi-dilempari-molotov.html#ixzz2H4aTciyH 
Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook



Jumat, 04 Januari 2013

Petani Mesuji Memutuskan Ikut Jalan Kaki Ke Jakarta




Seusai proses penyambutan petani Jambi oleh Lembaga Adat Megou Pak, acara dilanjutkan dengan pernyataan kesiapan 8 orang petani register 45 Mesuji untuk bergabung dalam aksi jalan kaki hingga ke Jakarta.

“8 orang petani register 45 Mesuji Lampung menyatakan siap bergabung dalam aksi long march petani hingga ke Jakarta. Mereka akan mengusung tuntutan enclave tanah ulayat Megou Pak di kawasan register 45 Mesuji,” kata Andi Syaputra.

Dan seusai proses penyambutan dan pernyataan dukungaan, petani Jambi melakukan pemeriksaan kesehatan. Maklum, sebagian petani mengalami penurunan kondisi fisik. Selain kelelahan, mereka juga cukup terganggu oleh kondisi cuaca yang berubah-ubah.
Rencananya, malam ini petani akan menginap di lapangan tenis indoor Menggala, Tulang Bawang.

Ulfa Ilyas


Masyarakat Adat Megou Pak Tulang Bawang Sambut Aksi Longmarch Petani Jambi Menuju Jakarta



Perjuangan petani Jambi, yang sedang menggelar aksi long march dari Jambi menuju Jakarta, terus menuai dukungan luas dari berbagai kelompok masyarakat di Lampung.Begitu tiba di perbatasan Sumsel Lampung, petani Jambi langsung disambut oleh petani register 45 Mesuji. Lalu, di sepanjang perjalanan Mesuji-Tulang Bawang, petani Jambi juga dielu-elukan oleh petani dan warga desa di sepanjang jalan.

Kemarin, begitu daerah Banjar Agung, Tulang Bawang, petani Jambi kembali disambut oleh ratusan pedagang pasar Unit II Banjar Agung yang berhimpun dalam Forum Pedagang Tradisional (Forpetra).Dan hari ini, Jumat (4/1), petani Jambi disambut oleh ribuan warga adat Megou Pak Tulang Bawang. Prosesi penyambutan itu berlangsung di gedung kesenian RA Kartini di jalan Lintas Timur, Menggala, Tulang Bawang.

Koordinator aksi petani Jambi, Andi Syaputra, menceritakan proses penyambutan tersebut. “Masyarakat adat Megou Pak berbaris di pinggir jalan menyambut kami. Lantas, kami bersalaman dengan mereka satu per satu. Suasana keakraban begitu terasa diantara kami,” turut Andi.

Seusai penyambutan di pinggir jalan, ungkap Andi, petani Jambi dan masyarakat adat Megou Pak mulai memasuki gedung Kesenian. Prosesi penyambutan secara adat pun dimulai. H Assaih Akip, yang mewakili marga Tegamoan, memberikan sambutan pertama. Ia menceritakan keberadaan masyarakat adat Megou Pak, yang merupakan gabungan empat marga, yaitu Marga Tegamoan, Marga Buay Bulan, Marga Suay Umpu, dan Marga Aji.

Selanjutnya, Ketua Lembaga Adat Megou Pak Tulang Bawang (LAMP-TB), Tuan Rajou Tehang Wanmauli Sanggem, juga memberikan sambutan. Ia menyampaikan perihal pentingnya menjaga kearifan lokal dan pembangunan kebudayaan. Ia juga menyerukan pentingnya perjuangan kaum tani untuk menyelesaikan masalah konflik agraria.


Seusai perwakilan Lembaga Adat Megou Pak menyampaikan sambutan, tiba giliran perwakilan adat dari Suku Anak Dalam (SAD) Batin Bahar Jambi, yang diwakili oleh Abbas Subuk. Masyarakat adat SAD Batin Bahar sendiri diwakili oleh lima orang, yaitu  Abbas Subuk, Datuk Bengking, Datuk Said, Todak, Leman.

Abas Subuk menceritakan sejarah perjuangan kaum tani Jambi, termasuk SAD Batin Bahar, dalam merebut kembali hak-hak mereka yang dirampas oleh perusahaan. Seusai proses sambutan, masyarakat adat Megou Pak dan SAD Batin Bahar saling bertukar fikiran soal kebudayaan nusantara.
Proses penyambutan petani Jambi oleh masyarakat adat Megou Pak ini kemudian ditutup dengan tukar-menukar cendera mata. Masyarakat SAD Batin Bahar, yang mewakili petani Jambi, menyerahkan keris dan tombak pusaka. Sedangkan masyarakat adat Megou Pak menyerahkan pakaian adat, yaitu peci dan sarung.

Ulfa Ilyas

Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20130104/petani-jambi-disambut-oleh-masyarakat-adat-megou-pak.html#ixzz2H3rozeXK 
Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook

Novelia Yulistin Sanggem ; Perempuan Bertekad Baja di Balik Derap Kaki Petani Jambi



Ada pepatah yang menyebut, di balik pria yang sukses selalu ada peran perempuan berjiwa besar. Kenyataan serupa kurang lebih berlaku dalam dunia aktivisme. Tak banyak orang tahu bahwa di balik perjuangan para petani Jambi yang tak kenal lelah itu, ada peran perempuan pemberani.

Novellia Yulistin, salah seorang perempuan yang mengobrak-abrik paham patriarki yang menempatkan kaumnya selalu dalam posisi dilemahkan, seolah harus dilindungi, harus di dapur, kasur, atau cukup sumur. Memang, dia bukan perempuan kantoran yang punya jam kerja reguler, dan lalu begitu saja merasa telah pantas dicap sebagai pelaku emansipasi.

Lebih dari itu, perempuan bersapaan Novel itu telah lama mengabdikan diri untuk perjuangan rakyat kecil merebut hak-hak mereka yang diabaikan negara. Akhir-akhir ini, Novel larut dalam pendampingan kelompok petani Jambi yang hendak menggedor Istana Negara Jakarta dengan berjalan kaki dari daerah mereka. Untuk hal itu, dia sudah merelakan kedekatan dengan suami dan sepasang buah hatinya, Ava Riviera Yadi  (7,8) dan Aksel Zenecha Yadi (2,8).

Novelia adalah alumni Universitas Bandar Lampung.  Sekarang, perempuan kelahiran 19 Juli 1981 itu menjabat Ketua Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Lampung. Dia sangat sadar, larut dalam dunia aktivis sosial akan mengorbankan banyak kepentingan privat. Dan itulah yang terjadi, kedua anaknya ngambek kepadanya.

"Sebagai ibu, saya tentu sedih," kata Novel saat berbincang dengan Rakyat Merdeka Online, beberapa waktu lalu.

Untuk mendampingi petani yang melakukan "Aksi Jalan Kaki 1000 KM Jambi-Istana Negara" dia harus meninggalkan kedua bocahnya selama berpekan-pekan. Hari ini adalah hari ke-24 para petani berjalan. Hampir sepanjang waktu itu, Ava dan Aksel di bawah asuhan nenek mereka dan adik Novel.

Sebagai seorang ibu, perasaan rindu kepada anak selalu hadir. Di tengah kesibukan mengadvokasi petani Jambi, Novel beberapa kali menyempatkan waktu untuk menelepon kedua buah hatinya. Anak yang paling besar, kata Novel, kerap menanyakan kapan dirinya pulang ke rumah. Hatinya makin sedih ketika suatu kali dia berbicara dengan Aksel yang tengah dilanda sakit demam.  "Pulang Ma. Aksel sakit. Obatnya pahit."

Ketika mendengar anaknya sakit, Novel tersentuh dan ingin rasanya segera pulang. Namun, ibu muda itu juga tak mengerti mengapa hasrat itu tak kunjung dipenuhinya. Perasaan sedih yang menggelayut selalu dia singkirkan.

Sampai satu saat, Novel menelepon kembali ke rumah untuk bicara dengan anaknya. Betapa terkejutnya dia ketika ada nada penolakan dari si sulung. "Ngapain mama nelpon?" Sesak Novel mendengar perkataan anak yang dilahirkannya. Dia sadar bahwa Ara semakin kritis.

Menurut dia, apa yang dilakukannya selama ini juga bagian dari memperjuangkan masa depan anak-anaknya, dan masa depan semua anak bangsa ini.

"Bagaimana  nasib anak-anak kita kalau negara terus menindas rakyatnya," ujarnya.




Novel pertama kali berorganisasi saat duduk di bangku kuliah.  Dia aktif sebagai pengurus organisasi kesenian bergaris kerakyatan (seni pembebasan).

Di tahun 2004, kiprahnya dalam organisasi kerakyatan melesat. Dia merambah ke berbagai organisasi ekstra kampus seperti Komite Perempuan Lampung dan Komite Pembebasan Seni Budaya Rakyat. Di tahun itu pula, Novel menjadi Ketua Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Lampung. 

Uji materi pengoranisiran dimulainya di tengah kalangan muda Lampung, organisasi Seni Budaya Pelajar di Bandar Lampung,  membentuk sanggar belajar gratis untuk kaum miskin Bandar Lampung dan sebagainya. Tak terhitung banyaknya dia terlibat dalam advokasi pendidikan anak dari keluarga miskin, advokasi jaminan kesehatan daerah (jamkesda) dan pembagian kartu jamkesda dan penanganan konflik agraria.

Seperti diakuinya sendiri, kerja advokasi selalu meninggalkan kesan tersendiri. Dengan demikian dia bertemu banyak orang dan belajar mengenal karakter orang. Novel semakin dalam mengetahui persoalan sehari-hari rakyat kelas bawah. Salah satu pengalaman yang tak terlupakan Novel adalah ketika dia mengorganisir kelompok preman dan bandar narkoba. Saking dekatnya Novel dengan mereka, istri para preman cemburu dan melabraknya.

"Saya dekat dengan preman tujuannya agar mereka bersatu," ucapnya enteng.

Selama tenggelam dalam aktivisme , Novel mengaku kenyang akan intimidasi, sampai akrab dengan nasi basi. 

Pergaulannya dengan kelompok tani dimulai saat melakukan advokasi melawan perusahaan yang menggunakan preman di register 45 Mesuji Lampung. Ia ikut memimpin warga untuk mencabut patok tanah. Petani resah karena lahan yang sudah mereka tanami diklaim oleh pihak lain. 




Kedua orangtua awalnya tidak tahu sepak terjang dia. Namun, setelah tahu apa yang dilakukan Novel positif, orangtuanya mendukung dan berpesan agar selalu menjaga kepercayaan yang diberikan orang lain.

Sempat dia memutuskan cuti dari segala aktivisme kerakyatan setelah hidup berumahtangga. Tapi tak bertahan lama. Pada 2010 lalu, Novel kembali ke jalanan karena alasan yang sangat "klise", tak tahan melihat penindasan negara yang kian menjadi-jadi.
 


Sumber ; http://m.rmol.co/news.php?id=92741 RMOL / Rakyat Merdeka Online, ditulis oleh Henry Ginting pada 4 Januari 2013

Kamis, 03 Januari 2013

Di Tulang Bawang,Long March Petani Jambi Disambut Ratusan Pedagang Pasar



Kondisi cuaca cukuplah terik ketika petani Jambi sudah memasuki daerah Banjar Agung, Tulang Bawang, Lampung, Kamis (3/1). Begitu sampai di pasar unit II Banjar Agung, seratusan pedagang sudah menunggu sembari mengelu-elukan petani.

“Begitu tiba di pasar Unit II Banjar Agung, kawan-kawan pedagang menyambut kami. Mereka mengajak kami ke sekretariatnya,” kata Wondo, salah seorang petani Jambi peserta long march dari Jambi ke Jakarta untuk menuntut penyelesaian konflik agraria.

Para pedagang ini tergabung dalam Forum Pedagang Tradisional (Forpetra). Mereka beranggotakan ribuan pedagang di pasar unit II Banjar Agung.

Menurut Wondo, sambutan para pedagang sangat ramah dan hangat. Tak hanya itu, para pedagang juga menjamu petani dengan makan siang bersama-sama.

Usai makan siang, petani pun beristirahat singkat di sekretariat Forpetra. Lalu, sekitar pukul 15.00 WITA, petani melakukan diskusi informal dengan pengurus Forpetra.

Helen Gultom, salah seorang pengurus Forpetra, menyatakan dukungan terhadap perjuangan petani. Tak lama kemudian, para pengurus Forpetra menyerahkan bantuan berupa air mineral, roti, beras, dan buah-buahan kepada petani.

Ketua Umum Serikat Tani Nasional, Yoris Sindhu Sunarjan, yang mewakili petani, menerima bantuan itu dan menyampaikan ucapan terima kasih dari petani untuk pedagang Forpetra.
Usai penyerahan bantuan, petani bersalaman dengan para pedagang dan sekaligus berpamitan. Aksi long march pun dilanjutkan. Menurut informasi, para petani akan menginap di posko Gerakan Nasional Pasal 33 UUD 1945  di daerah desa Lebuh Dalem, Kecamatan Menggala Timur, Tulang Bawang.
Memasuki hari ke-23 aksi long march petani Jambi menuju Jakarta, sejumlah peserta long march terserang flu, pilek, dan batuk. “Ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang tak menentu. Terkadang pagi hingga siang hari cukup terik, tetapi sore menjelang malam mulai hujan,” kata Wondo.



MENGGALA (Lampost.co): Beberapa peserta aksi jalan kaki (longmarch) petani Jambi menuju Istana Negara, Jakarta,. terkena batuk pilek. Melihat kondisi ini, kesehatan peseta diperiksa d Posko Popetra Pasar Unit II, Tulangbawang, Kamis (3-1) siang ini. 

Sejak berangkat, para petani yang tergabung dalam dalam pasukan Ganaspati (Gerakan Nasional Pasal 33 UUD 1945) yang merupakan gabungan petani Jambi dan para aktivis ini, menempuh perjalanan 582 km. Saat tiba di Posko Ganaspati'45 Sekretariat Foerpetra, ratusan pedagang Pasar Unit II secara sukarela menyubangkan sejumlah uang, nasi bungkus, air mineral, buah, dan makanan ringan. (L-1)

Rabu, 02 Januari 2013

Kembali bergerak, Petani Mesuji Mengiringi Aksi Long March 1000 Km Petani Jambi



Laporan : TOGAR HARAHAP

Setelah mengikuti sejumlah acara seremoni dan diskusi dengan petani register 45 Mesuji, hari ini (2/1/2013) petani Jambi melanjutkan aksi long-march menuju Istana Merdeka Jakarta.
Sebelum berangkat, petani register 45 Mesuji sempat menggelar seremoni pelepasan. Sedikitnya 150-an petani Register 45 Mesuji di desa persiapan Mergou Mulia, Kabupaten Mesuji, turut melepas keberangkatan petani Jambi.
Wondo, salah seorang petani Jambi peserta longmarch, menceritakan kisah haru saat pelepasan itu. “Saat pelepasan itu ada hujan rintik-rintik. Kami saling memeluk dan mengucapkan salam perpisahan. Persamaan nasib telah menyatukan kami. Banyak petani yang meneteskan air mata pertanda kuatnya ikatan batin dalam perjuangan kami,” kata Wondo.
Ketua Umum Serikat Tani Nasional Yoris Sindhu Sunarjan memberi sambutan singkat saat pelepasan. “Kami berterima kasih atas dukungan dan solidaritas petani Mesuji. Suntikan semangat dari kawan-kawan petani Mesuji akan menguatkan langkah kami untuk memperjuangkan tanah untuk rakyat dan penegakan pasal 33 UUD 1945,” ucapnya.
Perwakilan petani Mesuji dan Partai Rakyat Demokratik (PRD) Lampung juga memberi sambutan singkat. Pada intinya, mereka menyatakan dukungan penuh terhadap perjuangan petani Jambi. Teriakan “Hidup Petani” mewarnai langkah petani Jambi meninggalkan desa Mergou Mulia.
Jumlah peserta longmarch bertambah menjadi 45 orang. Beberapa petani Mesuji dan ditambah aktivis PRD Lampung bergabung dalam aksi long-march kali ini. Bahkan, musisi reggae Dompak Redflag turut berjalan-kaki bersama petani.

Disambut rakyat di desa-desa

Menjelang siang hari, peserta aksi longmarch memasuki desa Sido Rukun, Kabupaten Mesuji. Ratusan petani desa Sido Rukun langsung menyambut petani di pinggir jalan.
Mereka melambaikan tani seraya meneriakkan “Hidup Petani”. Tak hanya itu, warga desa Sido Rukun juga menyumbang 2 karung beras dan sejumlah dana untuk peserta long march.
Tak hanya itu, di sepanjang perjalanan, petani Jambi peserta long march ini juga menerima sumbangan berupa air mineral, mie instan, dan sejumlah uang.
Menurut rencana, petani peserta long march akan menginap di desa Bujuk, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang.

Petani Mesuji Siap Bergabung

Sementara itu, menurut informasi pengurus PRD Lampung, Ahmad Muslimin, petani Mesuji akan mendeklarasikan kesiapan bergabung dalam aksi long march petani Jambi pada hari Jumat (4/1/2013) mendatang.
“Petani register 45 Mesuji Lampung menyatakan dukungan dan siap bergabung dalam aksi long march petani Jambi. Mereka akan mengusung tuntutan enclave tanah ulayat Megou Pak di kawasan register 45 Mesuji,” kata Ahmad Muslimin.
Tak hanya itu, menurut Ahmad Muslimin, para petani peserta aksi long-march akan disambut secara adat oleh Lembaga Adat Megou Pak Tulang Bawang di Rumah Adat Sesat Agung Tulang Bawang.

Petani Jambi Dan Mesuji Rayakan Tahun Baru Bersama



Laporan : TOGAR HARAHAP

Pesta pergantian tahun bukan hanya milik orang-orang kota. Di desa Tunggal Jaya, Register 45 Mesuji, Lampung, seratusan petani juga larut dalam perayaan pergantian tahun.Mereka adalah petani dari Jambi, yang sedang menggelar aksi long march dari Jambi ke Jakarta, dan petani register 45 Mesuji. Aktivis dari PRD, STN, SRMI, dan LMND juga berbaur dengan petani.

Tetapi perayaan tahun baru versi petani ini agak berbeda. Sekitar pukul 08.00 WIB, acara dimulai. Para petani duduk membentuk sebuah lingkaran besar. Diskusi dan refleksi akhir tahun pun dimulai.

Ketua Umum STN Yoris Sindhu Sunarjan memulai acara. Ia menceritakan konflik agrarian yang sedang melilit kaum tani. “Sepanjang tahun 2012 ada 198 kasus konflik agraria. Jumlahnya lebih banyak dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 163 kasus,” kata Yoris. Yoris juga menjelaskan, peningkatan jumlah kasus konflik agraria di Indonesia tidak terlepas dari makin derasnya ekspansi modal, khususnya modal asing, dalam beberapa tahun terakhir. “Ekspansi kapital yang begitu massif membutuhkan tanah untuk pengembangan bisnis mereka,” katanya.

Seusai Yoris memberi sambutan, para petani Jambi dan register 45 Mesuji pun mulai angkat bicara. Mereka menceritakan kasus konflik agraria yang sedang mereka alami. Proses diskusi ini pun menjadi ajang tukar pengalaman antara petani Jambi dan petani register 45 Mesuji.

Tiba pukul 11.00 WIB, petani menyetop diskusi mereka, lalu mempersiapkan diri menyambut detik-detik pergantian tahun. Musisi reggae Dompak Red Flag tampil menghibur para petani. Dia menyanyikan hampir semua lagunya yang sudah tiga album, seperti Tidur jangan, Hentikan, Buruh tani, Fight For Socialism, dan lain-lain.
Dan, ketika jarum jam menunjuk pukul 12.00 WIB, petani pun menyulut kembang api dan meluncurkannya ke udara. “Inilah ekspresi harapan kami, bahwa tahun 2013 kehidupan petani Indonesia jauh lebih baik dan tidak ada lagi konflik agrarian,” ujar Wondo, salah seorang petani.
Tak hanya itu, untuk memperkuat keakraban diantara kaum tani, mereka membakar sate. Acara penyambutan pergantian tahun ala petani ini berakhir pada pukul 02.00 WIB.