Menu Utama

Minggu, 23 Oktober 2011

Mahasiswa Lampung Anggap SBY Gagal



Laporan : Saddam Cahyo

Sabtu pagi (22/10) sekitar pukul 09.30 WIB, 30an aktifis mahasiswa yang tergabung dalam Liga Mahasiswa nasional untuk Demokrasi (LMND) Eksekutif Kota Bandar Lampung berkumpul di persimpangan terminal Ramayana untuk menggelar aksi longmarch peringatan 2 tahun pemerintahan SBY – Boediono. Dalam kesempatan ini, LMND mengusung issue utama bahwa pemerintahan SBY Beodiono telah gagal memimpin negeri ini, seperti yang dituliskan pada spanduk tuntutan “AYO RAKYAT BERSATU, HENTIKAN REZIM NEOLIBERAL SBY-BOEDIONO, KITA TEGAKKAN PASAL 33 UUD 1945”.

Tak hanya spanduk, massa aksi juga melengkapi diri dengan ribuan selebaran yang dibagikan dan puluhan poster bertuliskan “SBY-Boediono antek modal asing = GAGAL”, “TEGAKKAN PASAL 33 YANG ANTI PENJAJAHAN ASING”, “TEGAKKAN PASAL 33 YANG PRO KEMANDIRIAN NASIONAL”, “HENTIKAN REZIM GAGAL PENINDAS RAKYAT SBY-BOEDIONO”yang terus di usung sepanjang longmarch. Menurut Wendri Wahyudi, selaku koorlap aksi, “Hari ini kami kembali turun ke jalan bermaksud untuk menyerukan persatuan kepada masyarakat luas untuk membuka mata dan fikiran, bahwa Rezim SBY yang sudah 7 tahun berkuasa masih saja tidak beritikad serius mensejahterakan rakyatnya apalagi berharap ia menegakkan kembali kedaulatan dan kemandirian nasional, maka sangat pantas kita sebut gagal untuk itu tidak dapat lagi kita tolerir dan harus segera dihentikan.” Ujar mahasiswa FISIP UBL ini.


Aksi longmarch ini sempat berhenti beberapa kali untuk melakukan orasi-orasi politik di beberapa titik keramaian sepanjang jalan Raden Intan, diantaranya depan pintu keluar Mall Simpur Center, pertigaan BRI, dan depan Toko Buku Gramedia, sebelum menuju titik utama aksi yakni Tugu Bundaran Adipura Bandar Lampung.

Dalam orasinya, Nyoman adi irawan menegaskan, “SBY-Boediono adalah penguasa yang telah terlalu nyaman menindas rakyatnya sendiri, selama 2 tahun pasca di lantik pada 20 oktober 2009 lalu atau lebih tepatnya 7 tahun berkuasa, rezim ini terlalu tunduk pada kuasa modal asing dan terlalu gemar mengelabui rakyat dengan pencitraan semu. Apakah pemberantasan korupsi sudah ditegakkan ? apakah pelanggaran HAM sudah dihapuskan? Apakah kemiskinan sudah menurun? Apakah pertanian kita sudah swasembada? Apakah perekonomian kita sudah mandiri? Jawabannya adalah tidak ada satupun persoalan mendesak bangsa ini yang terselesaikan, melainkan justru malah menambah rentetan panjang persoalan. Ini jelas-jelas menggambarkan kegagalan Rezim SBY –Boediono. Hanya dengan persatuan rakyat yang berani melakukan gerakan banting stir dan mennggelorakan amanat Pasal 33 UUD 45 sebagai haluan utama ekonomi bangsa yang anti penjajahanlah kita dapat terbebas dari belenggu ini” Tegas ketua LMND Ekskot Bandar Lampung ini.

Ditambahkan oleh Denta Febrianda, “Rezim SBY-Boediono sudah menjadikan kita sebagai bangsa kuli di negeri sendiri, tanpa kuasa dan tanpa modal untuk mengelola segala kekayaan alamnya, penjajahan gaya baru ekonomi neoliberalisme telah dengan rakus menghisap sendi-sendi kehidupan rakyat, Jika Rezim Gagal ini tidak mau menyerah takluk terhadap kuasa jeritan hati rakyatnya yang tertindas semestinya ia lakukan nasionalisasi asset sumberdaya alam yang dikuasai korporasi asing, hapus utang luar negeri yang menghisap APBN dan membangun industrialisasi mandiri, jika tidak, maka gerakan rakyat sudah pasti akan menumbangkannya sesegera mungkin.” Tegas sekretaris EKSKOT LMND B. lampung itu.

Sekitar pukul 12.20 WIB, barisan massa aksi sampai di Tugu bundaran Adipura dan segera menggelar aksi teatrikal yang menggambarkan bahwa SBY_Boediono telah gagal mengamalkan amanat konstisusi dan UUD 45 yang diwariskan para founding father bangsa ini sebagai acuan dasar perjuangan penuntasan revolusi Indonesia. Dalam aksi ini juga ditampilkan pembacaan puisi “Menolak Patuh” dan “Peringatan” karya Seniman Wiji Thukul oleh Togar Harahap sambil diiringi nyanyian darah juang oleh massa aksi sebelum mengakhiri aksi.

Untuk diketahui, di Lampung sendiri telah berlangsung beberapa kali aksi peringatan keras akan kegagalan rezim SBY – Boediono yang dinilai tak pernah serius memperjuangkan rakyatnya. Aksi-aksi ini terutama dilakukan oleh berbagai elemen mahasiswa, yakni Aliansi BEM Lampung (ABL) pada Kamis 20 Oktober, HMI Cab. Bandar Lampung pada Jumat 21 Oktober, PMII Cab. B. Lampung pada Sabtu 22 Oktober tak lama setelah aksi dari LMND Ekskot Bandar Lampung.

Senin, 17 Oktober 2011

Kritik Gerakan Pemuda Pasca Reformasi (Kado Untuk Hari Kebangkitan Nasional yang ke 83, 28 Okt 1928-28 Okt 2011)



Oleh : M. Aziz Satriya Jaya, SE. M.Si.*)

Dalam sejarah nya dibelahan dunia manapun, setiap perubahan selalu dimotori oleh kaum muda, karena pemudalah yang punya energi merubah, punya semangat berjuang, dan punya cita-cita dan harapan. Tak terkecuali sejarah Republik Indonesia dalam setiap tahap perubahan yang revolusioner dinegeri ini sudah tentu dimotori oleh kaum muda. Sejak tahun 1908 dimana kesadaran Pemuda yang tumbuh pada saat itu dibumi Nusantara adalah pentingnya sebuah alat perjuangan dalam rangka menyuarakan hak dan persamaan kedudukan antara sesama manusia, pada masa itu sebutan inlander bagi Bangsa Pribumi sangat membedakan kelas, yaitu kelas penjajah dan kelas yang dijajah. Alat perjuangan tersebut adalah perlunya dibangun organisasi tempat berkumpul menyatukan pendapat dan menyuarakan hak rakyat Indonesia sehingga bermunculanlah organisasi-organisasi pemuda seperti Syarikat Islam, Budi Oetomo dan lain-lain, dimana pada masa itu kesadaran berorganisasi sebagai alat perjuangan adalah kesadaran yang sangat revolusioner.

Pada tahun 1928 para pemudalah yang menjadi motor dan penggerak utama semangat persatuan kebangsaan, dimana saat itu Nusantara masih tersekat dengan watak kedaerahan dan terbatasi dengan adat budaya yang terkotak-kotak. Melihat kondisi semangat perlawanan rakyat anti penjajahan yang sangat menggebu akan tetapi terpecah-pecah dalam wilayah dan bangsa-bangsa yang tersebar dalam kawasan Nusantara mulai dari Aceh ada Teuku Umar, Sumatera Utara Sisingamangaraja XII, Sumatera Barat Tuanku Imam Bonjol, Sumatera Selatan Sultan Mahmud Badarudin, Lampung Raden Intan II, Jawa Barat Sultan Ageng Tirtayasa, Jawa Tengah Pangeran Diponegoro, Bali I Gusti Ngurah Rai, Sulawesi Selatan Sultan Hasanuddin, Maluku Pattimura, dan masih banyak lagi sederet nama tokoh-tokoh pejuang simbol perlawanan rakyat anti penjajahan dinegeri ini, namun tak satupun dari mereka yang mengalami kemenangan, karena masih bersifat kedaerahan dan belum ada persatuan.

Melihat kondisi bangsa yang mempunyai semangat untuk tidak tunduk dan patuh pada bangsa asing atau penjajah, tetapi masih bersifat kesukuan dan terkotak-kotak, maka kaum muda saat itu mempelopori persatuan Nusantara, atas dasar kesamaan nasib, kesamaan budaya letak geografis, dan kesamaan bahasa. Puncaknya pada tanggal 28 September 1928 pada kongres Pemuda Kedua yang dipelopori oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia, Tercetuslah peristiwa bersejarah tentang kesepakatan Kaum Muda Terpelajar Nusantara dengan apa yang kita kenal dengan Sumpah Pemuda, yaitu komitmen dan kesadaran bersama bahwa ;

1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia

2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.

3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Sejak Sumpah Pemuda tersebut maka perjuangan bangsa Indonesia memasuki babak baru yaitu persatuan kebangsaan yang dilatar belakangi kesadaran pentingnya sebuah persatuan dalam rangka perjuangan melawan penjajah.

Pada era selanjutnya setetalah memiliki kesadaran berorganisasi dan kesadaran persatuan, Gerakan Pemuda Indonesia terus maju berdialektika dengan zamannya. Gerakan Pemuda pada masa kemerdekaan dimana kelompok Liberal Belanda yang berkuasa disana menyebabkan kebutuhan baru di dalam kelompok-kelompok organisasi pemuda Indonesia untuk melakukan perjuangan politik yaitu dengan membangun dan membentuk partai politik, sehingga banyak organisasi Pemuda yang berubah menjadi Partai Politik seperti PNI yang dipimpin oleh Soekarno yang selanjutnya menjadi simbol perlawanan Rakyat Indonesia. Kelompok pemudalah yang memaksa Soekarno dan Hatta untuk segera Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Agustus 1945, dimana Soekarno yang menjadi simbol perlawanan Bangsa Indonesia saat itu mempunyai sikap untuk menunggu Jepang memberikan Kemerdekaannya, Sementara kelompok pemuda melakukan penekanan dengan membawa Soekarno ke Rengas Dengklok dan memaksa untuk segera Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya pergerakan Pemuda tahun 1965 muncul karena krisis ekonomi dan ketakutan akan Bahaya Komunisme, maka tampil kelompok Pemuda yang awalnya idealis seperti Soe Hok Gie (PSI), dan tokoh-tokoh HMI (Akbar Tanjung), PMKRI (Cosmas Batubara) dan sebagainya melakukan Demonstrasi anti Komunisme dan menentang Sokarno, sehingga muncullah apa yang disebut dengan Orde Baru. Bersamaan dengan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto awalnya pembangunan cukup terarah akan tetapi lama kelamaan Soeharto membangun Rezimnya dengan model kediktatoran dan Milter mempunyai peran dan fungsi yang ganda yaitu dwifungsi ABRI serta dengan mengekang dan menyatukan semua oraganisasi dibawah organisasi payung, sehingga terkebirilah sikap kritis organisasi yang ada seperti organisasi Pemuda disatukan dibawah KNPI, organisasi Petani disatukan dibawah HKTI, organisasi Nelayan dibawah HNSI, organisasi Guru dibawah PGRI, dan sebagainya, sehingga kekuasaan penuh dibawah kontrol “Bapak Pembangunan”
Akibat kepemimpinan Soeharto yang sangat diktator, maka berlakulah hukum Archimedes dimana air ditekan dengan tekanan tertentu maka akan memberikan dorongan balik sesuai dengan tekanan tersebut. Muncul kelompok studi-kelompok studi di Kampus yang mengkritisi Pemerintahan Soharto dan berhimpun dalam banyak kelompok salah satu diantaranya Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) kemudian menyebar dan berusaha mengorganisir massa rakyat antara lain kelompok buruh ada Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI) , kelompok petani ada (Serikat Tani Nasional), dan selanjutnya diikuti oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) perguruan tinggi se- Indonesia sehingga pada tahun 1998 jatuh lah Rezim Soeharto dan berganti menjadi Orde Reformasi, sekali lagi Gerakan Pemuda menunjukkan eksistensinya.

Namun selanjutnya pasca reformasi timbul pertanyaan, bagaimana eksistensi gerakan pemuda pasca reformasi merujuk pada situasi dan kondisi bangsa saat ini yang membutuhkan peran dan fungsi Pemuda dan Mahasiswa sebagai agen of Change, bagaimanakah gerakan pemuda Indonesia pada orde reformasi ini? Semakin mengalami kemajuan atau kemundurankah, atau gerakan pemuda pada pasca reformasi merupakan antiklimaks dari semangat pemuda yang penuh dengan idealisme sehingga mengalami kemunduran dan kemandulan?

Menjawab pertanyaan dan kekhawatiran yang wajar tersebut berdasarkan hal yang dapat kita saksikan yaitu ; peran pemuda pada saat ini sangat minim dan tidak memberi warna terhadap setiap kejadian dan momentum yang ada. Korupsi merajalela, otonomi Daerah yang tidak memberikan dampak kesejahteraan untuk rakyat akan tetapi malah menjadi ruang bagi elit politik untuk membangun “kerajaan”, Kebijakan Pemerintah yang Pro Neoliberalisme dan hanya mementingkan pencitraan, Hutang RI semakin banyak, Birokrasi dan Hukum yang tidak memihak rakyat, Penghisapan Kekayaan Bangsa oleh perusahaan multinasional (Freeport, Exxon, Newmont, Caltec, dll), dan lain sebagainya, ironisnya tidak kita lihat gerakan Pemuda yang maju, bergerak, dan menjadi simbol perlawanan terhadap ketidak adilan yang terpampang didepan mata.

Ada baiknya kita memberikan beberapa kritik terhadap gerakan pemuda Pasca Reformasi saat ini yang bisa menjadi sentilan dan sentilun sehingga gerakan pemuda dapat kembali menemukan arahnya antara lain :

1. Tidak Mempunyai Visi yang Jelas
Gerakan Pemuda saat ini bisa dikatakan belum mempunyai visi yang jelas yang mendasari arah gerakannya, tidak seperti gerakan pemuda pada setiap masa perubahan di Indonesia yang telah kita bahas terdahulu mulai dari 1908, 1928, 1945, 1965, dan 1998.

Gerakan Pemuda pasca reformasi saat ini nampaknya masih kebingungan dengan apa yang harus dilakukan dan darimana memulainya (meminjam kata-kata Lenin), Kebingungan ini disebabkan masih belum ketemunya permasalahan pokok atau kontradiksi dasar yang menjadi musuh bersama dari kebobrokan Pemerintahan saat ini. Lebih parahnya lagi terkadang banyak organisasi pemuda yang didirkan hanya untuk kepentingan tertentu yang bersifat sesaat.

2. Tidak Ada Kepemimpinan
Gerakan Pemuda saat ini miskin Kepemimpinan, karena pemimpin-pemimpin organisasi pemuda yang ada saat ini tidak berasal dari bawah, dan tidak pernah benar-benar teruji kepemimpinannya serta tidak pernah menyatu dengan rakyat dan merasakan penderitaan rakyat yang sesungguhnya. Pemimpin-pemimpin organisasi-organisai pemuda saat ini banyak yang karbitan, alias langsung menjadi ketua sebuah organisasi karena dia anaknya si A, atau dia mempunyai kemampuan dari segi dana, tanpa melalui proses pematangan dan kontradiksi untuk menjadi seorang pemimpin, sehingga yang terjadi adalah ketidakpedulian terhadap permasalahan rakyat dan kebangsaan.

3. Terjebak Permainan Elite
Organisasi pemuda yang tidak mempunyai Visi dan kepemimpinan yang kuat, maka yang terjadilah adalah pemanfaatan oleh elit politik untuk kepentingan elit. Ini sudah terjadi hampir diseluruh Indonesia setiap ada pemilihan ketua sebuah organisasi maka jago-jago yang dimunculkan memiliki kedekatan dengan elit yang berkuasa sehingga ketika sudah terpilih yang terjadi adalah kemandulan arah dan gerakan organisasi pemuda karena sudah terkontaminasi dengan kepentingan elit berkuasa yang “memelihara” atau menanamkan orang didalam sebuah organisasi pemuda atau bahkan organisasi mahasiswa.

Dalam hal ini patut dipertanyakan independensi, idealisme dan kepekaan pemuda dan mahasiswa terhadap permasalahan bangsa dan rakyatnya.

4. Hilangnya Watak Kepeloporan
Dari zaman dahulu Pemuda dan Mahasiswa yang notebene mempunyai intelektualitas yang lebih maju dari massa rakyat, pastinya akan mempunyai pemikiran dan tindakan yang lebih maju dengan kata lain menjadi pelopor sebuah konsep perubahan kearah yang lebih baik. Hal tersebut yang sudah hilang dari gerakan pemuda pasca reformasi yaitu kepeloporan.

Kepeloporan sendiri hanya bisa timbul kalau gerakan Pemuda dan Mahasiswa ini mempunyai konsep yang jelas serta visi yang akan dituju.
Telaahan kritis dan budaya diskusi di tingkatan gerakan mahasiswa sudah agak kabur, atau malah memang budaya diskusi dan berfikir kritis sudah tergantikan dengan budaya hedonis seiring dengan berkembangnya zaman.

Masih banyak mungkin yang dapat dituliskan dalam rangka mengkritisi gerakan pemuda dan mahasiswa yang bisa dikatakan mandul dari sudut pandang yang lain, namun kritik ini walaupun sedikit mudah-mudahan dapat disikapi oleh setiap orang yang mengaku aktivis pemuda dan mahasiswa, karena sesungguhnya rakyat Indonesia menunggu tampilnya kembali gerakan Pemuda Indonesia untuk perubahan yang lebih baik menuju masyarakat Indonesia yang adil, makmur, damai dan sejahtera sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.

Terngiang kembali ucapan Mendiang Founding Father Ir. Soekarno yang berkata ; berikan kami sepuluh orang pemuda, maka kami akan merubah dunia.

Semoga?!!
______________
*) Ketua LMND Eksekutif Bandar Lampung periode 1999

Senin, 10 Oktober 2011

Kesaktian Pancasila Mampu Mensejahterakan Rakyat



Oleh : Wendri Wahyudi*)

Perpolitikan yang semakin suram membuat rakyat semakin jenuh dengan kondisi bangsa saat ini mengingat banyaknya kasus suap dan korupsi yang terjadi di beberapa kementrian, diskriminasi agama minoritas, serta ketidakadilan sosial yang semakin terasa dan menyengsarakan rakyat. kehidupan berbangsa dan bernegara yang kini sudah tidak punya tujuan yang jelas, semestinya tujuan dari suatu Negara apabila dikerucutkan sampai titik akhir hanyalah satu tujuan yaitu “Mensejahterakan Rakyat” sesuai dengan amanat UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar Negara.


Berbicara mengenai pancasila tentu erat hubungannya dengan upaya mensejahterakan rakyat apabila pancasila sudah sepenuhnya diterapkan dibangsa ini, pastinya para pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah akan lebih memikirkan kesejahteraan rakyat yang hari ini jauh dari layak,karena sudah tidak berdaulatnya bangsa ini sehingga intervensi imperialis(bangsa penjajah atas bangsa lain yang sedang berkembang dengan menguras sumber daya alamnya) mampu masuk ke bumi pertiwi ini dan juga penjarahan kekayaan alam Indonesia oleh kaum kapitalis(pemilik modal asing) ternyata dilegitimasi oleh pemerintah dan berkekuatan hukum tetap sehingga telah memiskinkan rakyat Indonesia.


Semua ini penyebabnya dahulu era orde menerbitkan undang-undang No 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing(modal luar negeri yang mengolah kekayaan alam Indonesia dan hasilnya dibawa keluar negeri juga sebagai imbalan atas modal tersebut) dan kini yang menjadi sebab musabab masuknya perusahaan-perusahaan asing yang telah mengexploitasi sumber daya alam Indonesia. pertambangan diindonesia semua sudah dikuasai asing seperti PT Freeport, PT Chevron, PT Exxon Mobil, PT Mobil Oil dan banyak lagi pertambangan asing yang berhasil menjarah kekayaan alam Indonesia, sebagai contoh PT Freeport di papua per tahun mampu menghasilkan nilai produksi emas mencapai Rp 100 triliun dan dari PT pertambangan lainnya mampu menghasilkan nilai produksi mencapai Rp 20 triliun sungguh suatu nilai yang sangat fantastis apabila dana itu dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat dengan menggratiskan biaya pendidikan dan kesehatan yang hari ini sangat sulit diakses rakyat miskin dan ternyata dari Rp 120 triliun itu Indonesia hanya mendapatkan 1% saja untuk royalty.


Berdasarkan peraturan pemerintah royalti pertambangan diatur dalam PP No.45 Tahun 2003 tentang Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang Berlaku pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dalam PP itu, royalti emas ditetapkan sebesar 3,75 persen dari harga jual kali tonnase. Namun ada pengecualian untuk PT Freeport McMorran. Perusahaan tambang asal AS yang beroperasi di Papua ini hanya dikenakan sebesar 1 persen dari harga jual kali tonnase . Jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Afrika Selatan, Namibia, dan Tanzania yang juga memiliki sumber daya emas, angka 3,75 persen yang diberlakukan pemerintah itu sebenarnya sudah terlalu rendah. Karena 3,75 persen itu dihitung dari pendapatan bersih. Sedangkan pada negara-negara tersebut, pengenaan royalti emasnya mencapai 3-8 persen dari bruto (pendapatan kotor).


Lalu apakah persoalan fundamental bangsa kita bisa diselesaikan oleh pancasila?sudah berideologi pancasilakah para pejabat dan penegak hukum kita? Serta adakah usaha pemerintah menasionalisasi pertambangan asing untuk kesejahteraan rakyat?
Semua problematika tersebut bias terpecahkan bila kita semua memahami dan kembali kepada nilai-nilai luhur pancasila yang diciptakan oleh Father of Nation bung karno bahwa pancasila bukan hanya sumber dari segala sumber hukum tapi lebih dari itu pancasila adalah solusi dari semua problematika bangsa Indonesia, namun kenyataan hari ini pancasila mulai memudar dan tidak dibudayakan lagi karena pemerintahan yang korup dan kotor yang hanya memikirkan profit oriented(keuntungan semata) .


Semestinya Pancasila sebagai ideologi terbuka harus lebih dibudayakan lagi dan diajarkan di kurikulum pendidikan nasional karena keuniversalan pancasila mampu merangkul semua golongan, etnis, suku, ras dan agama sebab Indonesia ini masyarakat yang heterogen dan itu menjadi kekayaan budaya tersendiri yang wajib kita jaga dan lestarikan bersama, kemudian kita harus tetap berada didalam ikatan bhineka tunggal ika thanhana dharma mangrwa(berbeda-beda tapi tetap satu jua dan tak ada hukum yang mendua) untuk penyelesaian semua permasalahan bangsa dari segi apapun oleh sebab itu marilah kita semua kembali mengkaji dan menerapkan butir-butir nilai yang terkandung dalam pencasila agar semua problematika bangsa dapat terselesaikan demi terwujudnya kemakmuran rakyat yang sejati dan membebaskan bangsa Indonesia dari cengkraman neoliberalisme(penjajahan gaya baru dibidang ekonomi).


*) Mahasiswa Administrasi Negara FISIP UBL 2010
Ketua LMND Komisariat LMND UBL

Minggu, 02 Oktober 2011

Mahasiswa Lampung Peringati Tragedi UBL Berdarah


Sabtu (1/7) sekitar pukul 08.00 WIB, tidak kurang dari 50 aktivis mahasiswa yang tergabungdalam Aliansi UBL Berdarah berkumpul di halaman gedung C Kampus UBL. Mereka tampak sibuk mempersiapkan berbagai keperluan aksi, mulai dari make up teatrikal, menulis karton-karton kecaman, menyiapkan sound system, dsb. Aliansi ini terdiri dari berbagai organisasi mahasiswa, diantaranya UKPM Teknokra Unila, BEM Unila, UKMBS-Unila, FORKOM Unila, APM Lampung, UKMBS-UBL, UKM Futsal UBL, PMKRI, HMI, GMKI, FMN, IMM dan LMND.
Sekitar pukul 09.00 WIB massa aksi yang sudah terkumpul itu mulai dikoordinir untuk menyusun barisan untuk memulai aksi massa. Spanduk bertuliskan “Solidaritas 28 September 1999, Usut tuntas tindak pelanggaran HAM” mulai dibentangkan seiring dengan didengungkannya lagu Indonesia Raya oleh seluruh massa aksi.
Menurut Arief, selaku koorlap aksi, “ini merupakan aksi simbolik untuk memperingati 12 tahun Tragedi UBL Berdarah yang yang menewaskan Yusuf Rizal aktifis SMID dan Saidatul Fitria aktivis Pers Teknokra Unila dan hingga saat ini belum juga diberi perhatian lebih dari pemerintah sebagai salah satu tragedy pelanggaran HAM yang terjadi di Lampung, kali ini kita hanya melakukannya secara damai dengan harapan masyarakat Lampung dan khususnya mahasiswa mau kembali mengingat dan merefleksikan sejarah perjuangannya sendiri agar dapat kembali menggelorakan semangat intelektual sebagai pelopor perubahan.” Ujar mahasiswa FISIP UBL itu.
Taklama kemudian, lima baris massa aksi yang memanjang itu berjalan kea rah luar kampus, dan berhenti di pelataran parkir Indomaret UBL tepat pada lokasi dimana kedua aktivis mahasiswa meninggal karena tindakan represif dari aparat militer. Aksi dilanjutkan dengan orasi-orasi politik dari berbagai perwakilan organisasi mahasiswa, seperti ;
Fatoni Latif, pimpinan umum UKPM Teknokra Unila yang mengatakan “Tragedi 28 September ini sudah menjadi sejarah kelam bagi perjuangan mahasiswa Indonesia, dan sejak dulu sudah terbentuk Tim Pencari Fakta namun harus berhenti pasrah mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM ini karena dihalangi oleh tangan-tangan besi Militerisme warisan Orba, dan masih terkatung-katungnya kasus ini merupakan bukti bahwa Pemerintah dalam hal ini Presiden SBY sudah tak dapat lagi dipercaya. ” tegas mahasiswa pendidikan biologi unila itu.
Sedangkan isnan subkhi, ketua LMND Lampung menyatakan, “Selama ini rakyat hanya terusmenerus dijejali kemiskinan dan kesengsaraan, ditambah lagi kepedihan demi kepedihan kekejaman militer dan pemerintah yang diperbudak oleh kepentingan modal terus mengerogoti kita, berapa banyak darah rakyat menetes dinegeri ini, betapa nyatanya ketidak adilan dan ancaman kekerasan, tpi kita tak boleh gentar kawan-kawan, tak boleh takut dengan moncong-moncong senjata, kita harus bangkit melawan, membangun persatuan karena negeri ini sudah terlalu bobrok dibawah kekuasaan Rezim Antek Imperialisme Neoliberal.” Tegasnya.
Tak hanya dari mahasiswa, orang tua korban Almarhum Saidatul Fitria, Bapak Sucipto yang hari itu hadir juga turut berorasi, ia menatakan “mahasiswa di negeri ini tidak boleh mudah menyerah, kalian harus terus menempa mental-mental baja, menempa diri dengan ilmu pengetahuan, dan meneruskan perjuangan mahasiswa-mahasiswa pendahulu. Karena pada kalianlah tulang punggung bangsa ini dititipkan.” Tegas bapak yang masih tampak bugar mengenakan kemeja batik itu.
Setelah silih berganti berorasi, aksi ini juga dilengkapi dengan penampilan teatrikal dari UKMBS-UBL yang dimainkan oleh beberapa orang dan menggambarkan dua korban tewas yang lemah menggeret-geret keranda sambil ditendang, dipukul dan dipopor senapan oleh aparat. Selain itu ada juga penampilan music dari UKMBS Unila yang membawakan lagu “Bongkar” dari Iwan Fals dan ”Perahu Retak” dari Franky Sahilatua dan juga “Sajak Sebatang Lisong” milik WS Rendra.
Sekitar pukul 11.45 aksi pun dicukupkan dengan bersama sama menyanyikan lagu darah juang.(SC)