Menu Utama

Minggu, 02 Oktober 2011

Mahasiswa Lampung Peringati Tragedi UBL Berdarah


Sabtu (1/7) sekitar pukul 08.00 WIB, tidak kurang dari 50 aktivis mahasiswa yang tergabungdalam Aliansi UBL Berdarah berkumpul di halaman gedung C Kampus UBL. Mereka tampak sibuk mempersiapkan berbagai keperluan aksi, mulai dari make up teatrikal, menulis karton-karton kecaman, menyiapkan sound system, dsb. Aliansi ini terdiri dari berbagai organisasi mahasiswa, diantaranya UKPM Teknokra Unila, BEM Unila, UKMBS-Unila, FORKOM Unila, APM Lampung, UKMBS-UBL, UKM Futsal UBL, PMKRI, HMI, GMKI, FMN, IMM dan LMND.
Sekitar pukul 09.00 WIB massa aksi yang sudah terkumpul itu mulai dikoordinir untuk menyusun barisan untuk memulai aksi massa. Spanduk bertuliskan “Solidaritas 28 September 1999, Usut tuntas tindak pelanggaran HAM” mulai dibentangkan seiring dengan didengungkannya lagu Indonesia Raya oleh seluruh massa aksi.
Menurut Arief, selaku koorlap aksi, “ini merupakan aksi simbolik untuk memperingati 12 tahun Tragedi UBL Berdarah yang yang menewaskan Yusuf Rizal aktifis SMID dan Saidatul Fitria aktivis Pers Teknokra Unila dan hingga saat ini belum juga diberi perhatian lebih dari pemerintah sebagai salah satu tragedy pelanggaran HAM yang terjadi di Lampung, kali ini kita hanya melakukannya secara damai dengan harapan masyarakat Lampung dan khususnya mahasiswa mau kembali mengingat dan merefleksikan sejarah perjuangannya sendiri agar dapat kembali menggelorakan semangat intelektual sebagai pelopor perubahan.” Ujar mahasiswa FISIP UBL itu.
Taklama kemudian, lima baris massa aksi yang memanjang itu berjalan kea rah luar kampus, dan berhenti di pelataran parkir Indomaret UBL tepat pada lokasi dimana kedua aktivis mahasiswa meninggal karena tindakan represif dari aparat militer. Aksi dilanjutkan dengan orasi-orasi politik dari berbagai perwakilan organisasi mahasiswa, seperti ;
Fatoni Latif, pimpinan umum UKPM Teknokra Unila yang mengatakan “Tragedi 28 September ini sudah menjadi sejarah kelam bagi perjuangan mahasiswa Indonesia, dan sejak dulu sudah terbentuk Tim Pencari Fakta namun harus berhenti pasrah mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM ini karena dihalangi oleh tangan-tangan besi Militerisme warisan Orba, dan masih terkatung-katungnya kasus ini merupakan bukti bahwa Pemerintah dalam hal ini Presiden SBY sudah tak dapat lagi dipercaya. ” tegas mahasiswa pendidikan biologi unila itu.
Sedangkan isnan subkhi, ketua LMND Lampung menyatakan, “Selama ini rakyat hanya terusmenerus dijejali kemiskinan dan kesengsaraan, ditambah lagi kepedihan demi kepedihan kekejaman militer dan pemerintah yang diperbudak oleh kepentingan modal terus mengerogoti kita, berapa banyak darah rakyat menetes dinegeri ini, betapa nyatanya ketidak adilan dan ancaman kekerasan, tpi kita tak boleh gentar kawan-kawan, tak boleh takut dengan moncong-moncong senjata, kita harus bangkit melawan, membangun persatuan karena negeri ini sudah terlalu bobrok dibawah kekuasaan Rezim Antek Imperialisme Neoliberal.” Tegasnya.
Tak hanya dari mahasiswa, orang tua korban Almarhum Saidatul Fitria, Bapak Sucipto yang hari itu hadir juga turut berorasi, ia menatakan “mahasiswa di negeri ini tidak boleh mudah menyerah, kalian harus terus menempa mental-mental baja, menempa diri dengan ilmu pengetahuan, dan meneruskan perjuangan mahasiswa-mahasiswa pendahulu. Karena pada kalianlah tulang punggung bangsa ini dititipkan.” Tegas bapak yang masih tampak bugar mengenakan kemeja batik itu.
Setelah silih berganti berorasi, aksi ini juga dilengkapi dengan penampilan teatrikal dari UKMBS-UBL yang dimainkan oleh beberapa orang dan menggambarkan dua korban tewas yang lemah menggeret-geret keranda sambil ditendang, dipukul dan dipopor senapan oleh aparat. Selain itu ada juga penampilan music dari UKMBS Unila yang membawakan lagu “Bongkar” dari Iwan Fals dan ”Perahu Retak” dari Franky Sahilatua dan juga “Sajak Sebatang Lisong” milik WS Rendra.
Sekitar pukul 11.45 aksi pun dicukupkan dengan bersama sama menyanyikan lagu darah juang.(SC)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar