Menu Utama

Minggu, 23 Oktober 2011

Mahasiswa Lampung Anggap SBY Gagal



Laporan : Saddam Cahyo

Sabtu pagi (22/10) sekitar pukul 09.30 WIB, 30an aktifis mahasiswa yang tergabung dalam Liga Mahasiswa nasional untuk Demokrasi (LMND) Eksekutif Kota Bandar Lampung berkumpul di persimpangan terminal Ramayana untuk menggelar aksi longmarch peringatan 2 tahun pemerintahan SBY – Boediono. Dalam kesempatan ini, LMND mengusung issue utama bahwa pemerintahan SBY Beodiono telah gagal memimpin negeri ini, seperti yang dituliskan pada spanduk tuntutan “AYO RAKYAT BERSATU, HENTIKAN REZIM NEOLIBERAL SBY-BOEDIONO, KITA TEGAKKAN PASAL 33 UUD 1945”.

Tak hanya spanduk, massa aksi juga melengkapi diri dengan ribuan selebaran yang dibagikan dan puluhan poster bertuliskan “SBY-Boediono antek modal asing = GAGAL”, “TEGAKKAN PASAL 33 YANG ANTI PENJAJAHAN ASING”, “TEGAKKAN PASAL 33 YANG PRO KEMANDIRIAN NASIONAL”, “HENTIKAN REZIM GAGAL PENINDAS RAKYAT SBY-BOEDIONO”yang terus di usung sepanjang longmarch. Menurut Wendri Wahyudi, selaku koorlap aksi, “Hari ini kami kembali turun ke jalan bermaksud untuk menyerukan persatuan kepada masyarakat luas untuk membuka mata dan fikiran, bahwa Rezim SBY yang sudah 7 tahun berkuasa masih saja tidak beritikad serius mensejahterakan rakyatnya apalagi berharap ia menegakkan kembali kedaulatan dan kemandirian nasional, maka sangat pantas kita sebut gagal untuk itu tidak dapat lagi kita tolerir dan harus segera dihentikan.” Ujar mahasiswa FISIP UBL ini.


Aksi longmarch ini sempat berhenti beberapa kali untuk melakukan orasi-orasi politik di beberapa titik keramaian sepanjang jalan Raden Intan, diantaranya depan pintu keluar Mall Simpur Center, pertigaan BRI, dan depan Toko Buku Gramedia, sebelum menuju titik utama aksi yakni Tugu Bundaran Adipura Bandar Lampung.

Dalam orasinya, Nyoman adi irawan menegaskan, “SBY-Boediono adalah penguasa yang telah terlalu nyaman menindas rakyatnya sendiri, selama 2 tahun pasca di lantik pada 20 oktober 2009 lalu atau lebih tepatnya 7 tahun berkuasa, rezim ini terlalu tunduk pada kuasa modal asing dan terlalu gemar mengelabui rakyat dengan pencitraan semu. Apakah pemberantasan korupsi sudah ditegakkan ? apakah pelanggaran HAM sudah dihapuskan? Apakah kemiskinan sudah menurun? Apakah pertanian kita sudah swasembada? Apakah perekonomian kita sudah mandiri? Jawabannya adalah tidak ada satupun persoalan mendesak bangsa ini yang terselesaikan, melainkan justru malah menambah rentetan panjang persoalan. Ini jelas-jelas menggambarkan kegagalan Rezim SBY –Boediono. Hanya dengan persatuan rakyat yang berani melakukan gerakan banting stir dan mennggelorakan amanat Pasal 33 UUD 45 sebagai haluan utama ekonomi bangsa yang anti penjajahanlah kita dapat terbebas dari belenggu ini” Tegas ketua LMND Ekskot Bandar Lampung ini.

Ditambahkan oleh Denta Febrianda, “Rezim SBY-Boediono sudah menjadikan kita sebagai bangsa kuli di negeri sendiri, tanpa kuasa dan tanpa modal untuk mengelola segala kekayaan alamnya, penjajahan gaya baru ekonomi neoliberalisme telah dengan rakus menghisap sendi-sendi kehidupan rakyat, Jika Rezim Gagal ini tidak mau menyerah takluk terhadap kuasa jeritan hati rakyatnya yang tertindas semestinya ia lakukan nasionalisasi asset sumberdaya alam yang dikuasai korporasi asing, hapus utang luar negeri yang menghisap APBN dan membangun industrialisasi mandiri, jika tidak, maka gerakan rakyat sudah pasti akan menumbangkannya sesegera mungkin.” Tegas sekretaris EKSKOT LMND B. lampung itu.

Sekitar pukul 12.20 WIB, barisan massa aksi sampai di Tugu bundaran Adipura dan segera menggelar aksi teatrikal yang menggambarkan bahwa SBY_Boediono telah gagal mengamalkan amanat konstisusi dan UUD 45 yang diwariskan para founding father bangsa ini sebagai acuan dasar perjuangan penuntasan revolusi Indonesia. Dalam aksi ini juga ditampilkan pembacaan puisi “Menolak Patuh” dan “Peringatan” karya Seniman Wiji Thukul oleh Togar Harahap sambil diiringi nyanyian darah juang oleh massa aksi sebelum mengakhiri aksi.

Untuk diketahui, di Lampung sendiri telah berlangsung beberapa kali aksi peringatan keras akan kegagalan rezim SBY – Boediono yang dinilai tak pernah serius memperjuangkan rakyatnya. Aksi-aksi ini terutama dilakukan oleh berbagai elemen mahasiswa, yakni Aliansi BEM Lampung (ABL) pada Kamis 20 Oktober, HMI Cab. Bandar Lampung pada Jumat 21 Oktober, PMII Cab. B. Lampung pada Sabtu 22 Oktober tak lama setelah aksi dari LMND Ekskot Bandar Lampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar