Menu Utama

Sabtu, 19 Maret 2011

Rakyat Lampung Geram Sambut Kedatangan Boediono

Oleh : Saddam Cahyo

Bandar Lampung, 19/3. Provinsi Lampung kemarin kedatangan tamu istimewa yang cukup membuat masyarakat bertanya-tanya karena hampir seluruh ruas jalan raya dijaga ketat oleh personil gabungan Polda Lampung dan Korem 043 Gatam yang mengerahkan 1900 personil pengamanan, yakni Wakil Presiden Boediono yang hadir dalam rangka membuka seminar peringatan ulang tahun IKA Lemhanas ke-33 di Balai Keratun. Dalam kunjungannya ini Boediono menjadi pembicara kunci dalam seminar bertajuk “Apa Golongan Darah Bangsa Anda itu”.

Kedatangan Wapres Boediono di tanah Lampung yang merupakan kali pertamanya segera di sambut oleh dua aksi massa di tempat terpisah yang sama-sama berusaha menghalau perjalanannya. Aliansi BEM Lampung (ABL) dengan sekitar 30an massanya berusaha menghalau kedatangan Wapres di tugu Unila yang sejak dini hari sudah dijaga rapat oleh satu kompi personil pengamanan dari TNI dan puluhan personel Samapta Polda Lampung sedangkan Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) yang merupakan aliansi dari LMND, PMKRI, GMKI, FMN dan SRMI dengan kumlah massa aksi sekitar 30an orang bersiaga menghalau perjalanan Boediono di Tugu Bundaran GajahAdipura yang juga telah dijaga ketat oleh personil pengamanan gabungan.

Aksi berlangsung sekitar pukul 08.00 WIB sesaat sebelum akses ruas jalan raya utama yang dipakai sebagai jalur perjalanan Wapres ditutup dan dialihkan sehingga menyebabkan kemacetan yang cukup rapat selama sekitar satu jam. Kedua aksi yang dilakukan oleh puluhan aktivis mahasiswa dan ormas ini sama-sama mengusung tuntutan tegas bahwa Rezim SBY-Boediono telah gagal mensejahterakan rakyat dengan hancurnya sendi-sendi kedaulatan bangsa di berbagai aspek kehidapan rakyat seperti ekonomi, politik, sosial-budaya, hukum dan sebagainya yang semakin dibiarkan, dan segera mendapat penghalauan ekstra ketat dari beberapa lapis personil pengamanan gabungan namun massa aksi terus mendesak maju keruas jalan berusaha mencegat laju rombongan kendaraan yang ditumpangi Wapres Boediono.

Meski pertahanan pasukan keamanan sangat ketat dan tak mampu dipecahkan oleh kekuatan massa aksi, tak menyurutkan semangat massa aksi dari berbagai elemen masyarakat tersebut hingga pukul 10.00 WIB. Dalam orasinya Feri Firdaus selaku Koordinator ABL mengatakan bahwa “ BEM akan terus menjadi oposisi permanen terhadap Rezim yang telah gagal mensejahterakan rakyatnya seperti rezim SBY-Bodiono saat ini, dan sebagai agen intelektual kami akan terus mengontrol segala kebijakan yang dibuat oleh rezim terutama untuk memastikan terutamakannya pelayanan publik sebagai prioritas.

Di tempat terpisah , Mujahidin selaku korlap aksi GERAM mengatakan “Aksi yang kami lakukan hari ini bukanlah perbuatan sia-sia tanpa arah melainkan bukti kepada Wapres Boediono bahwa rakyat Lampung tidak tidur, tuli dan buta akan kegagalan Rezim SBY-Boediono yang terus melanggengkan penjajahan Imperialisme Neoliberal dan membiarkan hansurnya sendi-sendi kehidupan Bangsa dan Negara ini.”

Mencari Bentuk “Demokrasi” yang Tepat

Sedangkan dalam seminarnya di depan 300 peserta seminar yang merupakan alumni Lemhanas, Wapres Boediono mengklaim bahwa Indonesia berhasil lolos dari masa-masa kritis yang terus menggempur kita sebagai dampak dari dinamika ekonomi dan politik global dengan tetap bertahannya stabilitas dalam negeri, Ia menambahkan bahwa “Uji coba sistem demokrasi dan politik di Indonesia yang tengah berlangsung saat ini harus berhasil dan tidak boleh gagal, jangan diganggu prosesnya, kita pernah gagal mencoba sistem demokrasi pada tahun 1950-an lalu dan Jika kali ini gagal, kita akan terus diayun-ayun dan terombang-ambingkan oleh proses perubahan sistem politik dari satu rezim ke rezim lainnya.”

Isnan Subkhi selaku Ketua Ekswil LMND Lampung menegaskan bahwa “Perkataan Boediono hanyalah bualan besar yang sudah tak ampuh lagi karena rakyat Indonesia sudah jera dibodohi oleh penguasanya, Rezim SBY-Boediono jelas-jelas sudah gagal dan menenggelamkan kita kedalam jurang penjajahan Imperialisme Neoliberal dan semakin mengubur langlah kita menuju cita-cita bangsa dan Negara sejatinya, kegagalan Rezim Pengkhianat rakyat ini sudah sangat akut dan tak dapat diberi toleransi lagi karena rakyat Indonesia benar-benar dibuat menderita tanpa keberdayaan apapun untuk mempertahankan hidupnya kecuali menjadi kuli atau penonton yang segera mati lemas di negerinya sendiri.”

Ditambahkan, “Proses demokrasi yang sedang berjalan saat ini hanyalah demokrasi liberal yang membodohi dan menindas rakyat Indonesia yang mayoritas tidak mampu hidup sejahtera karena system ini dibuat agar hanya mampu diakses oleh segelintir elit pemilik modal yang mengklaim dirinya mewakili jeritan hati rakyat untuk berkuasa, dan jika ada pemerintah yang menyarankan kepada rakyatnya untuk diam dan membiarkan proses penindasan seperti ini berlangsung maka ini berarti bahwa penguasa itu secara terang-terangan mengakui kedzalimannya dan tinggal menunggu waktu meledaknya amarah jeritan hati rakyat sejatinya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar