Menu Utama

Selasa, 10 April 2012

Gerimis Antar Kepergian Fotografer 'Jujur' Itu


Sumber : http://lampung.tribunnews.com/2012/03/31/gerimis-antar-kepergian-fotografer-jujur-itu
Sabtu, 31 Maret 2012 08:51 WIB

Tidak seperti biasanya, hujan turun pada Jumat (30/3) subuh di Bandar Lampung. Bukan hujan deras. Hanya gerimis yang luruh dengan lambat. Pada subuh yang dingin itu lah sebuah kabar duka datang: Marzuli Ariwibowo, fotografer Tribun Lampung, meninggal dunia di rumahnya di bilangan Gedong Air, Tanjungkarang Barat.

Zuli, begitu ia biasa disapa rekan-rekannya, wafat sembilan belas hari setelah ulang tahunnya ke-32. Kuasa sang takdir menghentikan perjuangannya selama beberapa bulan terakhir melawan sejumlah penyakit yang menderanya.

Kesedihan pun meruyak. Tak sedikit yang tercekat, kaget, lalu selebihnya menangis. Teman-temannya di Tribun, juga media lain tahu, putra almarhum Wahono Suhadi ini memang tak sehat beberapa waktu terakhir. Namun, nyaris tak terpikir Zuli akan pergi demikian cepat.

Sekitar sebulan lalu, Zuli dirawat di rumah sakit. Vonis dokter, usus buntunya harus dioperasi. Namun, operasi urung dilakukan, karena di saat yang sama demam berdarah pun datang menyerang. Hanya beberapa hari dirawat, Zuli pulang lalu kembali bekerja tak sampai sepekan kemudian.

Meski kehilangan sebagian besar bobot yang membuat tubuh gemuknya menjadi kurus, terbersit harap teman-temannya, Zuli akan pulih, kembali sehat, dan terus menjalani aktivitasnya sebagai fotografer. Asa yang sama pun muncul dari Zuli sendiri. Sesaat sepulang dari rumah sakit, pada status BlackBerry messenger-nya ia sempat menulis: Terima kasih Tuhan. Kau beri kesempatan kedua...

Memotret dengan Jujur
"Setiap karya foto tidak bisa dinilai. Karena setiap orang memiliki pandangannya masing-masing. Yang terpenting, fotografer itu memotret secara jujur," ujar Zuli suatu kali.
Entah mengutip, atau hasil perenungannya sendiri, yang pasti kalimat itu menjadi filosofi lelaki bertubuh gempal ini selama menekuni profesinya, terutama selama tiga tahun bergabung dengan Tribun. Baginya, kejujuran dalam memotret mampu menghadirkan realitas yang sesungguhnya.

Kejujuran itu pula yang mendorongnya membidik kotornya daerah sekitar TPA sampah Bakung, hancurnya Bukit Kunyit karena proyek Water Front City, atau kerasnya perjuangan para kuli batu, serta pedagang kaki lima di pasar-pasar tradisional.

Bagi mantan kontributor foto Reuters ini, lewat foto, tidak perlu ada yang ditutup-tutupi dari sebuah realitas di masyarakat. Dengan begitu, lewat karya-karyanya, Zuli pun berharap, masyarakat mampu memahami apa yang sesungguhnya terjadi.

Meski berusaha tetap jujur dan menampilkan realitas apa adanya, bukan berarti Zuli menegasikan seni dalam karya-karya foto jurnalistiknya. Sebisa mungkin ia berusaha memenuhi unsur estetika, bahkan untuk objek foto yang menurut orang lain biasa-biasa saja, termasuk ketika mengambil foto acara- acara seremonial. "Gue mau nerapin seni realisme dalam fotografi," ujar lajang yang pernah menjadi anggota Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker) ini.

Di luar itu, Zuli adalah seorang perfeksionis yang selalu mengerahkan totalitas dalam aktivitas pemotretannya. Tidak jarang, untuk memotret satu objek saja, ia menghabiskan waktu sekurangnya 30 menit. "Nanti dulu, gue belum dapet angle yang bagus," jawabnya setiap kali diprotes reporter (tulis) yang hampir bosan menunggunya rampung memotret.

Namun, kesan perfeksionis itu segera berpendar di luar pekerjaan. Zuli bukanlah sosok yang kaku. Bagi kebanyakan rekannya, Zuli adalah seorang humoris. Ia pun dikenal sebagai sosok yang setia kawan. Tak heran, Zuli memiliki banyak teman dan disayang banyak orang. Itu semua terlihat saat ratusan jurnalis lintas media mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir di TPU Blora.

Termasuk sejumlah wartawan Tribun daerah yang memacu datang jauh-jauh dengan sepeda motor untuk memberikan penghormatan terakhir kepadanya.

Jumat kemarin, para jurnalis, rekan-rekan Marzuli, larut dalam duka. Air mata yang tumpah adalah kesedihan atas perginya sosok pekerja keras yang perfeksionis, sosok teman yang humoris dan setia kawan.

Selamat jalan kawan. Kami mengenangmu bersama foto-fotomu yang menoreh banyak kisah. (rez/joe)

Editor : soni
Akses lampung.tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat lampung.tribunnews.com/m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar