Senin, 14 Januari 2013 | 15:01 WIB
Setelah berjalan kaki selama 34
hari, peserta aksi jalan kaki (long march) petani Jambi sudah menginjakkan kaki
di kota Bandar Lampung, Lampung, Senin (14/1). Kedatangan para petani disambut
secara besar-besaran oleh sejumlah organisasi rakyat se-Bandar Lampung. Proses
penyambutan petani berlangsung di Tugu Adipura, Enggal, Bandar Lampung. Sebuah
panggung rakyat didirikan oleh para aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) di
tempat tersebut.
Selain itu, lebih dari 300-an
petani dan aktivis pergerakan rakyat sudah menunggu petani di tempat itu.
Begitu petani peserta longmarch tiba, teriakan “Hidup Petani” bersahut-sahutan
menyambut mereka. Selain disambut oleh petani dan aktivis pergerakan,
kedatangan petani Jambi juga disambut oleh Asisten I Sekda Kota
Bandar Lampung, Dedi Amrullah. Dia hadir mewakili Walikota Bandar Lampung.
Wondo, salah seorang petani Jambi
peserta aksi longmarch, mengaku sangat terharu dengan proses penyambutan ini.
Menurutnya, proses penyambutan yang cukup meriah itu menandakan besarnya
dukungan rakyat terhadap perjuangan petani Jambi.“Kami merasa penyambutan itu
sebagai penghormatan besar terhadap kami dan perjuangan kaum tani,” kata Wondo.
Seusai bersalam-salaman, petani
Jambi dan Lampung pun duduk berbaur. Lalu, sejumlah aktivis dari berbagai
organisasi menyampaikan orasi politik berisi dukungan terhadap perjuangan
petani.
Deputi Politik KPW PRD Lampung,
Rakmad Husein, menjelaskan, perjuangan petani Jambi dan Lampung tidak terlepas
dari ketidakadilan agraria yang sedang menimpa kaum tani Indonesia.
Karena itu, menurut Rakhmad, misi
yang diusung petani Jambi dan Lampung, yakni pelaksanaan Pasal 33 UUD 1945 dan
UUPA 1960, harus disokong sepenuhnya.
“Panggung rakyat ini merupakan
bentuk dukungan terhadap perjuangan petani untuk memperjuangkan Pasal 33 UUD
1945 dan UUPA 1960,” kata Rakhmad Husein.
Orasi-orasi politik juga
disampaikan oleh perwakilan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND),
Serikat Tani Nasional (STN), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI).
Mimbar bebas ini diakhiri dengan
pembacaan 5 tuntutan pejuang agraria: Tegakkan Pasal 33 UUD 1945, Laksanakan
UUPA 1960, Kembalikan Tanah Ulayat Milik SAD 113, Kembalikan Tanah milik petani
Kunangan Jaya II dan Mekar Jaya, dan Copot Menhut Zulkifli Hasan.
Di akhir acara, sejumlah organisasi
mahasiswa memberikan bantuan kepada petani Jambi. Salah satunya adalah Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lampung (Unila).
Menurut Presiden BEM Unila, Arjun
Fatahillah, bantuan yang diserahkannya merupakan bentuk uluran tangan mahasiswa
untuk membantu perjuangan petani.
“Jangan dilihat dari nilainya, tapi
ini adalah bentuk dukungan kami untuk aksi bapak-ibu,” katanya.
Para petani juga menerima bantuan
berupa air mineral, mie instan, dan susu.
Seusai acara penyambutan di Tugu
Adipura, para petani kemudian menjalani pemeriksaan kesehatan.
Ulfa Ilyas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar