Rabu, 23 Januari 2013 | 20:32 WIB
Menjelang siang hari (23/1),
sekitar pukul 11.00 WIB, para petani peserta aksi jalan kaki (long march) 1000
kilometer (Jambi-Jakarta) melanjutkan aksinya menuju Istana Negara. Berbeda
dengan aksi sebelumnya, aksi jalan kaki ini dilakukan dalam bentuk “rally”
bersama dengan petani Jambi dan Mesuji (Lampung) yang sudah 66 hari menggelar
aksi pendudukan di depan kantor Kemenhut RI, di jalan Gatot Subroto, Jakarta.
Setelah briefing sebentar,
massa pun bergerak dari kantor
Kemenhut-Senayan-Semanggi-Sudirman-Thamrin-Istana Negara. Di sepanjang
perjalanan, petani tak henti-hentinya meneriakkan yel-yel “Pasal 33 UUD 1945:
Tolak Dominasi Modal Asing” dan “UUPA 1960: Tanah untuk Rakyat”.
Tak hanya itu, petani juga
membagi-bagikan selebaran kepada setiap warga Jakarta di pinggir jalan yang
dilalui, seperti pekerja kantor, Satpam, tukang ojek, PK5, dan lain-lain. Dalam
aksi rally di sepanjang kantor Kemenhut hingga Bunderan Hotel Indonesia (HI),
kondisi cuaca agak terik. Meski demikian, beberapa petani memilih tidak
mengenakan alas kaki.
Tiba di bunderan HI, petani beristirahat
sejenak. Lalu, sekitar pukul 13.00 WIB, petani melanjutkan aksi jalan kakinya
ke Istana Negara. Pada saat itulah kondisi cuaca mulai berubah. Awan hitam
pekat menggantung di hampir seluruh langit Jakarta.
Ketika melintas di depan gedung
Plaza UOB Jalan MH Thamrin, petani Jambi dan Mesuji sempat menyatakan ungkapan
duka cita kepada korban tewas akibat terjebak banjir di basement
gedung tersebut.
Sekitar pukul 13.20 WIB, rally
petani Jambi dan Mesuji tiba di depan Istana Negara. Mereka disambut oleh
ratusan aktivis gerakan rakyat dan rakyat Jakarta, seperti Serikat Rakyat
Miskin Indonesia (SRMI), Sekber Buruh Jabodetabek, dan Aliansi Gerakan Kaum
Tani untuk Reforma Agraria.
Baru saja tiba dan membentangkan
spanduk di depan Istana Negara, hujan deras datang mengguyur. Meski demikian,
sebagian besar para petani dan aktivis gerakan rakyat tidak beranjak dari
tempat mereka.
Perwakilan dari berbagai organisasi
rakyat, seperti SBTPI, SRMI, FBBJ, KPO-PRP, KPA,
Solidaritas Perempuan, Buruh
Migran, dan FSPOI, menyampaikan orasi berisi dukungan terhadap aksi long-march
petani Jambi-Mesuji.
Ilhamsyah, yang mewakili Sekber
Buruh Jabodetabek, menyatakan pentingnya persatuan diantara kaum buruh dan kaum
tani berbasiskan kesamaan nasib akibat ditindas oleh rezim neoliberal.
Ketua Umum Serikat Tani Nasional
(STN), Yoris Sindhu Sunarjan, mewakili petani peserta long-march untuk
menyampaikan orasi. Ia menyatakan apresiasi atas dukungan berbagai organisasi
rakyat atas aksi long-march sejauh 1000 km yang digelar oleh petani Jambi dan
Mesuji.
Sekitar pukul 15.00 WIB, perwakilan
petani Jambi dan Mesuji beserta perwakilan organisasi rakyat diterima oleh
pihak Istana Negara. Namun, petani agak kecewa karena yang menemui mereka hanya
tiga Asisten Staff Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi
Daerah.
“Kemana Pak Presiden? Katanya, dia
selalu blusukan agar tahu persoalan rakyat. Tetapi ketika kami datang
menyampaikan tuntutan di Istana, dia malah tidak datang menemui petani,” ujar
Ahmad Muslimin.
Dalam pertemuan dengan asisten Staf
Khusus Presiden itu, petani Jambi menyampaikan perihal sikap Kementerian
Kehutanan RI yang menarik-ulur penyelesaian konflik agraria di Jambi dan
Mesuji.
Lalu, sekitar pukul 17.00 WIB,
pertemuan itu berakhir. Setelah sosialisasi hasil pertemuan, petani pun
bergegas kembali ke tenda tempat mereka melakukan aksi pendudukan di depan
kantor Kemenhut RI.
Untuk diketahui, aksi long march
petani Jambi dan Mesuji ini dimulai tanggal 12 Desember 2012 lalu. Petani
memerlukan 43 hari untuk menempuh jarak Jambi ke Istana Negara.
Ulfa Ilyas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar