Senin, 21 Januari 2013 | 19:47 WIB
Puluhan organisasi tani dan gerakan
rakyat di Jakarta menyatakan dukungan terhadap aksi jalan kaki 1000 kilometer
(long march) yang dilakukan oleh petani Jambi-Mesuji (Lampung) dan Blitar (Jawa
Timur). Puluhan organisasi itu bernaung di bawah payung Aliansi Gerakan Kaum
Tani untuk Reforma Agraria. Adapun organisasi yang bergabung, antara lain:
Serikat Petani Pasundan (SPP), Serikat Tani Nasional (STN), Konsorsium
Pembaruan Agraria (KPA), Partai Rakyat Demokratik (PRD), Serikat Petani
Indonesia (SPI), Aliansi Petani Indonesia (API), SRMI, Solidaritas
Perempuan (SP), Sawit Watch (SW), IHCS, IGJ, JKPP, Serikat Petani Karawang,
AMAN, Jatam, Walhi, KAU, KPRI, P3I, P3S KEPRI, FPBI, Serikat Tani Merdeka
(SeTam) Cilacap, PMK HKBP Jakarta, PRP, RACA, Repdem, Serikat Hijau Indonesia
(SHI), SMI, STI, SBTPI, TPRM Jember, dan FrontJak.
“Kami mendukung sepenuhnya atas
aksi long march petani Jambi dan Blitar ke Jakarta,” kata Sekjend
KPA, Idham Arsyad, selaku jubir Aliansi Gerakan Tani untuk Reforma Agraria saat
menggelar siaran pers bersama di tenda pendudukan petani Jambi di depan
Kemenhut RI, di Jakarta, Senin (21/1).
Selain itu, Aliansi Gerakan Tani
menyerukan kepada seluruh kaum tani di Indonesia untuk melakukan aksi serupa
guna menuntut penghentian kriminalisasi petani dalam berbagai kasus konflik
agraria dan menuntut dijalankannya agenda reforma agraria sejati.
“Kasus Senyerang Jambi, Mesuji
Lampung, Takalar Sulawesi, Tasik Jawa Barat, dan daerah lainnya semakin
meningkat ke arah konflik sosial yang lebih luas. Hal ini terjadi karena tidak
ada sama sekali tindakan kongkrit dari Pemerintah untuk menyelesaikan kasus
yang ada,” kata Idham.
Menurut Idham, dalam 8 tahun
terakhir, yakni sejak 2004 hingga 2012, terjadi 618 konflik agraria di seluruh
wilayah Indonesia, dengan areal konflik seluas 2.399.314,49 hektar dan menyeret
sedikitnya 731.342 kepala keluarga.
Ditambah lagi, ungkap Idham, akibat
penggunaan cara represif dalam menangani konflik itu, sebanyak 941 orang petani
ditahan, 396 mengalami luka-luka–63 orang diantaranya mengalami luka serius
akibat peluru aparat—dan menewaskan 44 orang.
“Maraknya keterlibatan militer dan
kepolisian di lapangan konflik agraria menunjukkan bahwa tekanan dan
perluasan kapitalisme terhadap penguasaan, pemilikan dan pengelolaan
sumber-sumber agraria Indonesia semakin dilanggengkan oleh penguasa
di negeri ini,” kata Idham.
Sebagai respon atas berbagai
persoalan tersebut, Aliansi Gerakan Kaum Tani untuk Reforma Agraria berencana
menggelar kemah di kantor-kantor pemerintah. “Petani akan berada di Jakarta dan
terus melakukan protes sampai tujuan utama yaitu pelaksanaan reforma agraria
akan dijalankan oleh pemerintah,” tegas Idham.
Ulfa Ilyas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar