Menu Utama

Kamis, 01 November 2012

Mahasiswa Lampung Serukan Perdamaian dan Persatuan Nasional

Laporan ; Saddam Cahyo

Kamis siang (1/11) sekitar pukul 09.00 WIB, sejumlah elemen mahasiswa yang tergabung dalam SMLD (Solidaritas mahasiswa untuk Lampung Damai) yakni LMND, BEM KBM Unila, GMKI, UKM Hindu melakukan aksi solidaritas keprihatinan terhadap tragedi konflik horizontal yang terjadi antar dua kelompok masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan sejak minggu (28/10) lalu. Aksi ini dilakukan dengan melakukan longmarch dalam lima barisan panjang yang berjalan mendatangi setiap fakultas dan berujung di bundaran air mancur Universitas Lampung sambil menyebar selebaran dan kardus dana sumbangan.

Presiden BEM KBM Unila, Arjun Fatahilah mengatakan,”Kami menyayangkan kelalaian dan lambannya reaksi pemerintah serta kepolisian dalam mengantisipasi konflik ini, kami mendesak pemerintah harus segera melakukan upaya mediasi dan rekonsiliasi di antara pihak yang bertikai, bukan malah menambah kerugian dengan mewacanakan transmigrasi ulang bagi salah satu kelompok masyarakat. Kami meminta pihak aparat keamanan untuk menegakkan hukum dengan adil juga mendorong untuk segera mengendalikan konflik agar tercipta rasa aman di tengah masyarakat.ujarnya.

Sedangkan Nyoman Adi Irawan, Ketua LMND Ekskot Bandar Lampung mengatakan, “Kami berharap semua fihak jangan sampai mudah tersulut provokasi SARA yang memecah belah persatuan kita sebagai Bangsa Indonesia, sebab keragaman budaya adalah warisan kekayaan yang harus kita pelihara dan jadikan modal untuk menghadapi arus deras ancaman penjajahan imperialisme neoliberal dari luar, rakyat harus sadar, bisa jadi ini scenario pendukung rencana pemerintahan SBY untuk segera mengesahkan RUU Kamnas yang berpotensi mencederai demokrasi, sebab terror keresahan sosial ini menjalar diberbagai daerah dengan beragam kemasan issuenya dalam selang waktu yang singkat.” Bebernya.

Sementara itu, salah seorang sosiolog Unila, Hartoyo yang sehari sebelumnya juga menggalang aksi solidaritas bersama para dosen lainnya menerangkan, “Konflik horizontal seperti ini sangat jarang terjadi di Lampung, kebanyakan yang terjadi adalah konflik vertical antara masyarakat dengan pemerintah maupun korporasi tertentu, namun di Lampung Selatan dalam satu tahun terakhir sudah terjadi berkali-kali letupan konflik, artinya memang ada indikasi pembiaran atau kegagalan kebijakan pemerintah dalam rangka menjaga stabilitas daerah, konflik ini sudah akumulatif dan kian kompleks, sangat dibutuhkan komitmen dari semua stake holder untuk meramu program rekonsiliasi yang berkelanjutan.

Perlu diketahui bahwa pasca bentrok susulan dengan warga Kampung Agom, Kecamatan Kalianda pada hari selasa (30/10) kemarin, sekitar 2.053 jiwa warga Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno, Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan mengungsi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling, Bandar Lampung,sejauh ini dilaporkan terdapat 14 orang korban tewas. Sementara itu bantuan dan perhatian dari Pemda maupun Pemkab sama sekali belum nampak sama sekali, kecuali dari berbagai elemen masyarakat yang terus mengalir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar