Jumat, 27 Juni 2014 | 16:10 WIB 0 Komentar | 89 Views
Jumat (27/6) pagi, sekitar pukul 09.00 WIB, puluhan aktivis
mahasiswa dari berbagai kampus yang tergabung dalam Liga Mahasiswa Nasional
untuk Demokrasi (LMND) Eksekutif Kota Bandar Lampung melakukan aksi longmarch
sepanjang Jl. Raden Intan menuju Tugu Adipura.
Dalam aksinya massa aksi LMND ini mengusung spanduk bertuliskan:
“Pilpres 9 Juli 2014 Menangkan Cita-Cita Kemerdekaan; Usir Penjajah
Asing/Imperialisme; Laksanakan Pasal 33 UUD 1945; Tegakkan Keadilan Bagi Rakyat
Korban Konflik Agraria di Rembang, Karawang & Pesisir Barat”.
Selain itu, massa aksi juga menggelar aksi teatrikal jalanan.
Hampir semua peserta aksi mengecat tubuhnya dengan cat berwarna merah dan
bertuliskan “Sila 3 Persatuan Indonesia” di bagian punggungnya.
Tak hanya itu, mereka juga memerankan berbagai kondisi kesulitan
yang masih terus dialami oleh begitu banyak rakyat Indonesia, namun luput dari
perhatian karena momentum Pilpres, seperti kasus petani yang selalu dirampas
tanahnya, buruh yang disunat upahnya, PKL yang digusur lapaknya, TKI yang disiksa
negeri orang, danmahasiswa yang dihisap biaya pendidikan yang mahal.
Ricky Satriawan, yang menjadi coordinator lapangan aksi ini,
mengatakan,“kami menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tidak hanyut
dibutakan oleh kampanye hitam yang memancing konflik horizontal hanya karena
membela pilihan capresnya saja, tetapi kita harus mengedepankan kampanye
positif, harus mengutamakan mandat sila ke-3 Persatuan Indonesia, dan memajukan
momentum Pilpres 9 Juli mendatang sebagai kemenangan sejati rakyat Indonesia
yang berhasil mendesak komitmen dan konsistensi pemerintahan baru untuk
membangun negara yang mandiri, berdaulat, adil, dan makmur.”
Sementara ketua LMND Kota Bandar Lampung, Rizmayanti, bilang,
“masih ada waktu agar kedua pasangan Capres untuk kita desak agar tidak saling
menghujat kekurangan masing-masing, namun mendesak mereka agar berpikir keras
tentang bagaimana mewujudkan pemerintahan yang mandiri dan berdaulat.”
Menurut Rizmayanti, imperialisme sudah terlalu lama mennghisap
kekayaan alam Indonesia. Di saat bersamaan, kata dia, rakyat dipaksa menjadi
budak di negeri sendiri.
“Negara ini sudah bangkrut APBN kita tak sanggup membiayai
kesejahteraan rakyat karena dikorupsi. Jumlahnya juga kecil karena cuma
mengandalkan pajak rakyat. Sementara utang luar negeri kita terus melambung
sampai tiga ribu triliun rupiah. Komitmen terhadap persoalan seperti ini yang
mestinya jadi ukuran bagi kita untuk memilih capres secara objektif,”
tandasnya.
Reza Fadlie, orator lainnya, mengatakan, “kita juga harus lebih objektif
melihat kenyataan-kenyataan pahit berupa penderitaan rakyat atas kesewenangan
penguasa lalim dan aparat sebagai contoh konflik agraria perampasan tanah
rakyat oleh perusahaan penindas dan aparat keji, seperti di Rembang (Jawa
Tengah), Karawang (Jawa Barat), dan Pesisir Barat (Lampung).
Selain itu, tambah dia, masih banyak persoalan mendasar yang mesti
dijawab dan dituntaskan oleh pemerintahan baru.
Dalam aksinya, LMND mengusung sejumlah tuntutan yang mendesak
dituntaskan oleh pemerintahan mendatang, yakni pencabutan UU Sisdiknas dan UKT,
pembatalan BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, penghapusan sistim outsourcing
dan politik upah murah, pelaksanaan agenda reforma agraria nasional, dan
peningkatan subsidi BBM, listrik, pupuk, pendidikan, kesehatan, serta
kesejahteraan sosial.
Dalam tuntutannya, LMND juga menuntut pemerintahan baru berani
menasionalisasi aset kekayaan alam dari tangan asing, menghapus utang luar
negeri, dan memberantas korupsi.
Aksi ini berlangsung sampai pukul 11.20 WIB, massa aksi
membubarkan diri setelah menyanyikan lagu darah juang sebagai refleksi atas
perjuangan rakyat Indonesia yang harus dituntaskan.
Devin Prastyia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar