Selasa, 26 April 2011
Dewan Nasional STN: Musuh Pokoknya Imperialisme, Alat Perjuangannya Front Persatuan
Oleh : Saddam Cahyo
SETELAH berlangsung dua hari, Dewan Nasional Serikat Tani Nasional (STN) akhirnya ditutup. Untuk mensosialisasikan hasil-hasil konsolidasi nasional ini, sejumlah pengurus nasional dan pengurus daerah STN menggelar konferensi pers.
Acara konferensi pers ini dilaksanakan di gedung PWI Lampung, kemarin (19/4). Yudi Budi Wibowo, selaku ketua Umum STN, bersama Ghazali dari NTB, Abbas dari Jambi, Wens dari NTT, Sutarno dari Riau, dan Kadek Artawan dari Lampung, menjelaskan kepada wartawan mengenai hasil-hasil pertemuan Dewan Nasional.
Persoalan pokonya adalah imperialisme
Dalam penjelasannya kepada wartawan, Yudi Wibowo menjelaskan bahwa pemerintahan SBY-Budiono sudah melanggar konstitusi karena membiarkan eksploitasi hutan dan lahan produktif oleh korporasi asing.
Yudi Wibowo juga menganggap SBY telah membohongi kaum tani dengan menjanjikan redistrubusi tanah, tetapi kenyataannya sebagian besar tanah produktif justru diserahkan kepada perusahaan asing.
Dalam sepuluh tahun terakhir, kata Yudi, kaum tani Indonesia digempur oleh kebijakan-kebijakan neoliberal, yang berkepentingan untuk menghancurkan sektor pertanian di dalam negeri.
Dengan jalan neoliberal, jelasnya, negara diharuskan mencabut subsidi dan kredit mikro bagi petani, membuka ruang impor seluas-luasnya bagi produk pertanian negara lain, mengalihkan kepemilikan tanah dari masyarakat kepada swasta, dan mempromosikan mekanisme pasar untuk penjualan alat2 dan hasil produksi pertanian.
“Kehancuran produksi pangan nasional saat ini disebabkan oleh imperialisme. Produk pertanian kita dihancurkan dengan impor, tidak ada dukungan modal dan teknologi, dan pemerintah dibuat lepas tangan,” katanya.
Persatuan Nasional
Untuk menjawab persoalan imperialisme ini, dewan nasional STN menyimpulkan bahwa diperlukan sebuah persatun nasional seluas-luasnya untuk melawan imperialisme.
Kaum tani, kata Yudi, harus mengambil peran dalam menggalang dan mendorong pembentukan persatuan nasional seluas-luasnya ini, baik di tingkat nasional maupun lokal.
Di tingkat lokal, misalnya, karena petani berhadapan langsung dengan korporasi asing dan proyek neoliberal, maka persatuan di tingkat lokal pun bisa digalang.
Menurut Yudi, ada banyak sekali kasus-kasus petani di tingkat lokal yang asal-muasalnya adalah imperialisme. “Dengan mengangkat isu-isu yang dekat dengan persoalan petani pun, kita bisa mendorong persatuan yang seluas-luasnya,” kata Yudi.
Berencana menggelar aksi nasional
Salah satu rekomendasi dari Dewan Nasional STN adalah rencana menggelar aksi nasional pada bulan September mendatang. “Kita akan mempersiapkan mobilisasi besar-besaran, tentu dengan mengajak organisasi tani dan komite tani yang lain, untuk bergabung dalam aksi bersama,” tegas Yudi dalam akhir konferensi persnya.
Dari aksi nasional itu, STN berharap bisa dibentuk semacam Komite Nasional untuk penuntasan kasus-kasus agraria. “Kita berharap bisa membentuk sebuah komite nasional untuk menuntaskan persoalan kaum tani. Tentu dengan partisipasi organisasi tani dan kaum tani itu sendiri,” tegasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar